Tuesday, April 16, 2024
HomeHukumIPW: Densus Lebih Seperti Algojo Dalam Hadapi Teroris

IPW: Densus Lebih Seperti Algojo Dalam Hadapi Teroris

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane.

JAKARTA – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S. Pane menilai aksi teror yang terus merebak dan makin banyaknya jumlah pengikut kelompok teroris sebagai dampak dari buruknya pola penangkapan yang dilakukan Densus 88 Antiteror selama ini, yang cenderung bergaya algojo dalam mengeksekusi mati tersangka di lapangan.

“Padahal tugas Polri adalah melumpuhkan dan membawa tersangka ke dalam proses hukum dan bukan mengeksekusi matinya di lapangan,” ujar Neta kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/1/2016).

IPW menilai cara-cara yang dilakukan Densus menyiksa dan mengeksekusi mati tersangka dalam penangkapan telah melahirkan dendam kesumat yang luar biasa, terutama terhadap Polri. Di luar dugaan, pola penangkapan ini telah melahirkan sikap simpati untuk ikut “berjihad” melakukan balas dendam, baik dari para keluarga tersangka maupun kelompok-kelompok radikal lainnya. “Tak heran arus keberangkatan para simpatisan kelompok radikal ke Suriah kian banyak dan diam-diam mereka kembali ke Indonesia setelah bergabung dengan ISIS,” imbuhnya.

Neta mencontohkan kasus Bahrun Naim misalnya, dimana semula dia bukan teroris. Naim hanya teknisi komputer yang suka mengkritisi sikap Densus di media-media online Islam. Di tahun 2010 Naim tiba-tiba ditangkap di jalanan dan disiksa. Naim dituduh menyimpan senjata dan peluru. Saat itu juga di facebooknya muncul sikap simpati anak-anak muda pada nasib Naim. Mereka mencaci maki Densus apalagi Naim divonis 2,5 tahun.

Lepas dari penjara Naim ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Begitu juga dengan anak Imam Samudra yang masih remaja juga ke Suriah. Akibatnya menurut Neta muncul generasi teroris yang turun temurun, yang akan menyulitkan bagi bangsa ini untuk mengatasinya.

“Proses deradikalisasi gagal karena terjadi dendam kesumat yang kian marak dan menjadi kayu bakar terorisme. Fenomena ini perlu kita cermati semua pihak,” tegasnya.

Neta menambahkan, program deradikalisasi harus berjalan bersinergi dengan program penindakan yang profesional. Namun pihak IPW sangat menyayangkan karena masing-masing pihak di jajaran aparat keamanan cenderung mempertinggi ego sektoralnya. “Akibatnya pelaksanaan tugas di lapangan saling merugikan satu sama lain,” sesal Neta.

Karena nya, pihaknya berharap ke depan, bangsa ini perlu pemimpin Densus yang berwawasan luas dan bisa mengendalikan anak buahnya di lapangan agar bertindak profesional.

“Selain itu, kendali BNPT yang mengakar ke seluruh unsur yang berhubungan dengan penanggulangan teror perlu ditingkatkan. Sehingga bangsa ini tidak hanya kebakaran jenggot saat aksi teror bom meledak,” tutupnya.

(bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular