Saturday, October 25, 2025
spot_img
HomePolitikaGelar Sosialiasi, Netty Prasetiyani Kuatkan Nilai Empat Pilar MPR RI di Tengah...

Gelar Sosialiasi, Netty Prasetiyani Kuatkan Nilai Empat Pilar MPR RI di Tengah Tantangan Era Digital

Netty Prasetyani saat memberikan materi dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (9/10/2025). (foto: Ali Hasibuan)

CIREBON, CAKRAWARTA.com – Di tengah derasnya arus informasi dan disrupsi digital yang kian masif, Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani mengajak masyarakat untuk kembali meneguhkan nilai-nilai kebangsaan. Menurutnya, penguatan Empat Pilar MPR RI yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, merupakan kunci menjaga keutuhan dan jati diri bangsa di era yang penuh perubahan.

Seruan itu disampaikan Netty dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (9/10/2025) lalu. Kegiatan tersebut dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat, pendidik, aktivis perempuan, hingga generasi muda.

“Perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi membuat masyarakat, khususnya generasi muda, semakin rentan terhadap pengaruh ideologi dan nilai-nilai yang tidak sejalan dengan jati diri bangsa. Karena itu, penguatan Empat Pilar bukan hanya kegiatan seremonial, melainkan langkah strategis untuk membentengi generasi dari krisis identitas,” ujar Netty.

Bagi Netty, Empat Pilar MPR RI bukan sekadar jargon kenegaraan. Keempatnya merupakan kompas moral yang membimbing bangsa agar tidak kehilangan arah di tengah kompleksitas zaman. Ia menilai, tantangan kebangsaan di era digital tidak hanya muncul dalam bentuk ancaman fisik, tetapi juga dalam pergeseran nilai yang halus dan masif melalui media sosial serta konten digital.

“Arus globalisasi memang tak terhindarkan. Namun, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan harus menjadi landasan dalam setiap langkah kita, baik di dunia nyata maupun dunia digital,” tegasnya.

Netty juga menekankan pentingnya pendekatan yang relevan terhadap generasi muda. Sosialisasi nilai kebangsaan, menurutnya, perlu dikemas dengan cara yang kontekstual, komunikatif, dan sesuai dengan bahasa generasi digital.

Dalam paparannya, Netty menyoroti pula peran strategis keluarga dalam memperkuat karakter kebangsaan. Ia menyebut keluarga sebagai “sekolah pertama” tempat anak-anak belajar nilai persatuan, gotong royong, dan toleransi.

“Sosialisasi Empat Pilar akan efektif jika dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Orang tua harus menjadi teladan nyata dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Menurutnya, keteladanan dalam keluarga menjadi pondasi penting untuk membentuk generasi yang berintegritas dan berjiwa nasionalis. Ia mencontohkan, kebiasaan sederhana seperti saling menghormati, bekerja sama, dan mengedepankan musyawarah adalah bentuk nyata pengamalan nilai-nilai Pancasila yang bisa ditanamkan sejak dini.

Suasana kegiatan berlangsung hangat dan interaktif. Dalam sesi dialog, sejumlah peserta mengajukan pertanyaan seputar pendidikan karakter, tantangan globalisasi, dan cara menumbuhkan rasa cinta tanah air di tengah dominasi budaya digital.

Netty menanggapi setiap pertanyaan dengan lugas. Ia menekankan bahwa memperkuat nilai kebangsaan bukan sekadar tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.

“Semua pihak memiliki peran. Guru, tokoh masyarakat, orang tua, dan generasi muda harus saling berkolaborasi dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan agar tetap hidup di tengah perubahan zaman,” tuturnya.

Menutup kegiatan, Netty mengajak seluruh peserta untuk menjadi agen pemersatu bangsa melalui pengamalan Empat Pilar MPR RI dalam kehidupan sehari-hari.
“Bangsa ini akan kuat jika rakyatnya berpegang pada nilai luhur yang diwariskan para pendiri bangsa. Mari kita jaga Indonesia dengan semangat Pancasila, cinta NKRI, dan semangat kebhinekaan,” katanya.

Seruan tersebut disambut tepuk tangan hangat peserta. Beberapa di antara mereka mengaku termotivasi untuk menerapkan nilai-nilai kebangsaan di lingkungan masing-masing, terutama di dunia pendidikan dan komunitas sosial.

Kegiatan di Cirebon itu menjadi pengingat bahwa di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, nilai-nilai kebangsaan tetap menjadi jangkar yang menjaga stabilitas moral dan identitas bangsa.

Bagi Netty Prasetiyani, perjuangan menjaga Indonesia bukan hanya soal politik atau kebijakan publik. Ini tentang kesadaran kolektif untuk terus menghidupkan semangat persatuan, toleransi, dan cinta tanah air—mulai dari hal-hal sederhana, dari rumah, dari diri sendiri.

“Teknologi boleh berubah, tapi nilai bangsa tidak boleh luntur,” ujarnya menutup kegiatan.(*)

Kontributor: Ali Hasibuan

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular