Friday, December 12, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiAenose: Alat Deteksi Kesegaran Pangan dengan Akurasi 90 Persen

Aenose: Alat Deteksi Kesegaran Pangan dengan Akurasi 90 Persen

Aenose bersama penciptanya, Suryani Dyah Astuti, guru besar FST UNAIR Surabaya. (foto: dokumen pribadi)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Kemajuan riset di kampus kerap lahir dari kegelisahan sederhana: bagaimana sains bisa menjawab persoalan sehari-hari masyarakat. Dari kegelisahan semacam itulah, Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (UNAIR), Suryani Dyah Astuti kembali memperkenalkan inovasi terbarunya yaitu Aenose, alat deteksi dini kesegaran bahan pangan yang bekerja layaknya hidung elektronik.

Inovasi ini bermula dari ketertarikan Suryani pada keberhasilan e-nose buatan UGM yang digunakan untuk skrining dini COVID-19. “Kami terinspirasi untuk mengadaptasi Electronic Nose atau Artificial Nose yang meniru cara kerja hidung manusia, agar dapat dimanfaatkan dalam deteksi cepat kesegaran bahan pangan,” ujarnya, Jumat (12/12/2025).

Tergerak oleh peluang tersebut, Suryani bersama mahasiswa pascasarjana UNAIR melakukan benchmarking kepada sang pencipta e-nose, Kuwat Triyana, lalu mengembangkan versi baru yang mereka beri nama Aenose. Dengan dukungan sensor TGS dan MQ yang dirancang khusus untuk mendeteksi proses pengawetan bahan pangan, Aenose diproyeksikan menjadi perangkat ilmiah yang mudah dipakai dan relevan untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga.

Keunggulan utama Aenose terletak pada kemampuannya mengklasifikasikan tingkat kesegaran daging secara cepat, portabel, dan non-destructive, tanpa harus merusak sampel. “Sensor ini mampu membedakan daging segar dan tidak segar dengan akurasi hingga 90 persen,” ujar Prof. Suryani.

Secara prinsip, Aenose bekerja serupa dengan indra penciuman manusia. Jika hidung kita menangkap aroma yang dihasilkan metabolisme daging atau kontaminasi bakteri, Aenose menangkap “aroma” tersebut melalui sensor array, lalu mengonversinya menjadi sinyal listrik. Data ini kemudian dianalisis dengan artificial intelligence atau akal imitasi untuk menyimpulkan tingkat kesegaran pangan.

Teknologi ini membuka jalan bagi metode inspeksi mutu pangan yang lebih cepat dan objektif, terutama di pasar tradisional, industri pengolahan daging, hingga sektor logistik rantai dingin.

Tantangan Teknis dan Upaya Hilirisasi

Meski terus menunjukkan kemajuan, pengembangan Aenose menghadapi tantangan, terutama ketersediaan komponen elektronik yang sebagian besar masih bergantung pada impor. “Kami harus memutar otak mencari substitusi komponen dengan kualitas setara atau lebih baik,” kata Prof. Suryani.

Di tengah berbagai keterbatasan, upaya hilirisasi terus dikebut. UNAIR menggandeng PT Sarandi Karya Nugraha, perusahaan alat kesehatan dalam negeri, untuk mempercepat pengembangan dan kemungkinan produksi Aenose ke tahap komersial.

Selain Aenose, Suryani juga mengembangkan dua teknologi lain yaitu Skinolaser, alat berbasis cahaya untuk mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi yang kini memasuki tahap uji klinis; serta laser perikanan untuk mendukung budidaya ikan yang lebih efisien.

Di balik capaian ilmiahnya, Prof. Suryani menitipkan pesan penting kepada generasi peneliti berikutnya, para dosen muda dan mahasiswa. Ia menekankan pentingnya membangun roadmap penelitian yang berangkat dari persoalan nyata.

“Jangan takut mencoba. Riset selalu dipenuhi tantangan dan kegagalan, tetapi di situlah kita belajar dan memperbaiki konsep,” tuturnya.

Ia juga menekankan perlunya memperkuat fondasi teknis, mengikuti perkembangan teknologi mutakhir, serta membuka diri terhadap kolaborasi lintas disiplin dan kerja sama industri.

“Generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki imajinasi besar dan kreativitas yang melimpah. Teruslah bermimpi, konsisten, dan pelihara rasa ingin tahu. Invensi yang baik bukan hanya inovatif, tetapi membawa dampak nyata bagi masyarakat,” pungkasnya.(*)

Kontributor: PKIP

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular