Tuesday, December 9, 2025
spot_img
HomeEkonomikaFKBI: Pertumbuhan Ekonomi Tak Seindah Statistik BPS!

FKBI: Pertumbuhan Ekonomi Tak Seindah Statistik BPS!

Ilustrasi. (gambar: Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga pertengahan 2025 mencapai 5,12%. Secara angka, capaian tersebut tampak menggembirakan dan bahkan melebihi berbagai proyeksi yang sebelumnya hanya berkisar 4,5%. Namun, data tersebut menuai kritik karena dinilai tidak mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya dirasakan masyarakat.

Ketua Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI), Tulus Abadi, menilai angka pertumbuhan yang dirilis BPS terlalu optimistis dan tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Ia menyebut saat ini justru terjadi penurunan daya beli secara signifikan di kalangan masyarakat, termasuk kelas menengah.

“Angka boleh tumbuh, tapi realitasnya masyarakat sedang menghadapi tekanan ekonomi. Transaksi di pusat-pusat perbelanjaan menurun, penjualan kendaraan pribadi dan sepeda motor ikut turun. Ini bukti bahwa daya beli kelas menengah pun sedang melemah,” ujar Tulus dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/8/2025).

Menurut Tulus, kelas menengah yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi nasional justru sedang mengalami perlambatan konsumsi. Hal itu, katanya, harus menjadi alarm serius bagi pembuat kebijakan agar tidak terbuai oleh statistik semata.

Ketua FKBI Tulus Abadi. (foto: istimewa)

Ia juga mengingatkan agar data ekonomi tidak dijadikan alat legitimasi politik semu. “Kita harap data yang dirilis BPS bukan ‘ABS’ atau Asal Bapak Senang. Karena jika statistik hanya untuk menyenangkan pihak tertentu, ini bisa menyesatkan kebijakan,” tegasnya.

Sejumlah pengamat ekonomi juga menyoroti ketimpangan antara data makro dan kondisi mikro yang dirasakan masyarakat sehari-hari. Kenaikan harga kebutuhan pokok, terbatasnya lapangan kerja berkualitas, serta tekanan biaya hidup disebut belum tertangkap sepenuhnya oleh indikator-indikator makro yang selama ini dirujuk pemerintah.

Fenomena ini menegaskan pentingnya transparansi dalam metodologi perhitungan data dan perlunya pendekatan yang lebih sensitif terhadap dinamika ekonomi rakyat. Pemerintah pun didesak untuk tidak hanya melihat angka-angka pertumbuhan, tapi juga merespons gejala-gejala kelesuan ekonomi yang dirasakan langsung oleh masyarakat. (*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular