Tuesday, September 17, 2024
spot_img
HomeSosokEdison Manalu, Alumnus Kampus di Surabaya Yang Sukses Banting Setir Dari Sastra...

Edison Manalu, Alumnus Kampus di Surabaya Yang Sukses Banting Setir Dari Sastra Ke Ritel

Edison Manalu, CEO Mount Scopus Indonesia. 

Surabaya, – Bagi pebisnis food and beverage (FnB) tentu banyak yang mengenal sosok Edison Manalu. Siapa sangka ternyata, Edison merupakan alumnus kampus di Kota Pahlawan. Ya, Edison Manalu yang kini menjabat sebagai chief executive officer (CEO) di Mount Scopus Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman serta menaungi beberapa merek dagang terkenal seperti The Harvest, Almond Tree, hingga The Harvest Express, merupakan alumnus Universitas Airlangga (Unair).

Edison mengatakan bahwa dirinya merupakan lulusan pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Unair. Masuk kuliah pada tahun 1989, Edison lulus pada tahun 1994. Menurutnya, ia berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu, namun menunda kelulusan agar bisa wisuda bersama dengan kakak tingkatnya.

“Saya lulus tahun 1994, sebenarnya satu semester sebelumnya sudah selesai, namun harus menunggu wisuda agar bersamaan dengan kakak tingkat,” ujar Edison.

Selama menunggu waktu wisuda itulah, Edison mengambil kesempatan bekerja di sebuah perusahaan. Kemudian sesaat setelah lulus, ia mengikuti pelatihan manajemen. Melalui pelatihan tersebutlah ia mendapatkan bekal di dunia bisnis dan manajemen.

“Setelahnya, saya sempat bekerja Salim Group di bidang properti, sembari saya menunggu wisuda. Setelah saya lulus, saya mengikuti management trainee tahun 1994-1995. Saat itu saya mendapatkan pendidikan mengenai bisnis, lebih tepatnya bagaimana mengelola bisnis,” paparnya.

Edison kemudian beberapa kali mendapat kesempatan bekerja di beberapa perusahaan asing yang juga bergerak di bidang bisnis ritel. Pada kesempatan tersebut, ia banyak mempelajari dan membesarkan konsep bisnis ritel besar ‘hypermarket’ di Indonesia.

“Hypermarket baru booming tahun 1997 di Jakarta, dan saya menjadi salah satu orang lokal pertama yang membesarkan konsep itu di Indonesia. Kemudian saya banyak di-hire oleh beberapa perusahaan. Jadi melalui perjalanan itu saya jadi bisa memperdalam ilmu bisnis ritel saya,” tukasnya.

Memahami dunia bisnis tentu bukan perkara mudah untuk Edison yang merupakan lulusan bidang bahasa dan sastra. Ilmu yang dipelajari semasa kuliah tentunya berbeda jauh dengan bidang pekerjaannya. Namun, Edison mampu mendapatkan pemahaman bisnis melalui pengalamannya selama bekerja.

“Meski saya dari latar belakang sastra dan budaya, saya mendapatkan pemahaman ekonomi itu dari management trainee di Hero dan dipertajam lagi dengan pengalaman. Jadi istilahnya saya ini learning by doing,” ujarnya bangga.

Edison menyampaikan bahwa apapun latar belakang studi keilmuan yang ditempuh seseorang, itu akan mengajarkan bagaimana cara berpikir, berlogika, dan berproses. Latar belakang bahasa, sastra, dan budaya sendiri menurutnya memberikan pemahaman akan hal-hal tersebut.

“Manusia sebagai pemilik budaya, cara berpikir dan berinteraksi juga bagian dari budaya. Jadi orang ilmu budaya itu semestinya lebih mudah memahami cara berinteraksi dengan orang. Ada banyak faktor EQ yang diajarkan dalam ilmu budaya itu. Orang IQ boleh jago, boleh pintar, tapi kalau tidak ada kemampuan EQ, akan sulit untuk kita mengembangkan diri,” pungkas Edison.

(khefti/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Most Popular