Friday, March 29, 2024
HomeGagasanCR7 Dan Konflik Partai Demokrat

CR7 Dan Konflik Partai Demokrat

 

Sudah penulis sangka jauh-jauh hari sebelumnya, bahwa bintang sepak bola asal Portugal, Cristiano Ronaldo, akan mampu melewati rekor gol para pendahulunya. Terbukti! CR7, panggilan akrabnya, telah menorehkan dan mencetak golnya yang ke-770. Tiga gol lebih banyak dari sang legenda sepakbola Brazil, Pele.

Pele sendiri takjub dan merasa bangga atas capaian CR7. Pele pun mengirimkan pesan ke CR7 lewat akun instagramnya yang artinya kira-kira begini:

“Cristiano, hidup adalah penerbangan solo. Masing-masing melakukan perjalanannya sendiri dan betapa indahnya perjalanan yang Anda jalani! Saya sangat mengagumi Anda, saya suka melihat Anda bermain dan itu bukan rahasia bagi siapa pun. Selamat atas pemecahan rekor gol saya di pertandingan resmi. Satu-satunya penyesalan saya adalah tidak bisa memeluk Anda hari ini. Tapi, saya memasang foto ini untuk menghormati Anda, dengan penuh kasih sayang, sebagai simbol persahabatan yang telah terjalin bertahun-tahun.”

Secara pribadi, penulis cukup kagum dengan sosok CR7. Semangatnya untuk menapaki karir pesepak bola dari bawah hingga sekarang menjadi bintang patut diacungkan jempol. Pele sang sosok legenda panutan bagi CR7 sejak kecil mampu ia lampaui. Dengan tekad yang kuat, CR7 menjadi bintang pesepak bola dunia penuh etika dan kesantunan.

Mengapa demikian? Karena siapa sangka, disamping lihainya ia memainkan si kulit bundar, CR7 juga memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Bagi bangsa Indonesia tentu sangat ingat pada tahun 2004, ketika gelombang Tsunami menerjang beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, CR7 datang ke Banda Aceh. Ia mengangkat seorang anak asal Aceh bernama Martunis yang selamat dari bencana Tsunami.

Tak terhitung sudah betapa banyaknya CR7 menyumbangkan hartanya dalam kegiatan-kegiatan sosial. Saat bencana terjadi di Nepal, CR7 dikabarkan memberi sumbangan US$ 5 juta. Upaya kemanusiaan Ronaldo lain di antaranya mengunjungi banyak anak yang menderita berbagai penyakit, seperti tumor otak dan kanker tulang belakang. Selain itu, pada 2012 dia menyumbangkan trofi Sepatu Emas yang diraihnya setahun sebelumnya untuk mendanai sekolah Palestina di Gaza (tempo.co).

Sebagai pesepak bola, CR7 menunjukkan etika dalam dunia sepakbola juga jiwa sosial yang sangat tinggi, menolong sesama manusia. CR7 merasakan betul betapa berharganya proses dan etika. Menjaganya akan memberikan buah ranum nan manis di masa depan.

Meski penulis hanya penikmat sepakbola, namun tindakan CR7 mengingatkan satu pesan penting dari S. Jack Odell; “masyarakat tanpa etika adalah masyarakat yang menjelang kehancuran”. Tentu buah ranum nan manis yang diharapkan CR7 bukanlah kehancuran! Dan hal ini penting jadi teladan bagi para elit politik negeri ini.

Konflik Partai Demokrat

Hingga saat ini konflik di tubuh Partai Demokrat belum juga usai. Saling klaim kepemimpinan menghiasi konflik itu dan saat ini berujung pada saling lapor.

Bermula dari adanya kecurigaan akan adanya pengambilalihan paksa maupun kudeta oleh sejumlah kader partai yang tak puas jika partai berlambang Mercy itu dibawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Akhirnya kudeta itu terbukti, beberapa mantan kader partai yang telah diberhentikan alias dipecat menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, lalu mengangkat Kepala Staf Presiden (KSP), Jenderal (Purn.) TNI Moeldoko, menjadi ketua umum Partai Demokrat versi KLB.

AHY pun mengambil langkah cepat untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa KLB tersebut inkonstitusional karena melanggar Undang-Undang tentang Partai Politik, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrat, dan tentu mengikis etika politik dan demokrasi di negara berideologikan Pancasila ini.

Kubu Moeldoko pun tidak ingin kalah, bersama pengurus versi KLB, mereka mendaftarkan legalitas kepengurusannya ke Kemenkumham, meski belum ada jawaban pasti apakah akan disahkan atau tidak.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun belum angkat bicara soal konflik ini disebabkan Jokowi tak ingin ikut campur dalam konflik internal Partai Demokrat, meskipun telah memanggil Menteri Kordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly, untuk menanyakan bagaimana upaya penyelesaian konflik Partai Demokrat.

Perlunya Political Will

Dalam memupuk demokrasi, pemerintah dan masyarakat harus berpadu, bersatu, menumbuhkembangkan kemauan baik politik (political will) di lingkungannya. Partisipasi masyarakat adalah kebutuhan mendesak.

Melihat konflik yang terjadi di tubuh Partai Demokrat, seharusnya masyarakat ikut berempati dan mengangkat suara tentang pentingnya etika politik di negara ini. Jika “acuh”, maka harapan atas politik bersih, politik santun, politik yang beretika, hanya manjadi mimpi panjang. Politik jangan dimaknai hanya mobilisasi massa di musim-musim pemilihan umum (pemilu) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada).

Apa yang dilakukan CR7 sangat bijak. Sepakbola tidak hanya menjadi rutinitas olahraga, industri, tapi juga nilai sportifitas dalam upaya melampaui perolehan gol Pele, ia raih. Disamping itu, ada juga memainkan tanggung jawab sosial. Bagi CR7, bersepak bola bukan hanya soal memainkan si kulit bundar, tapi juga soal etika dan kemanusiaan.

Politik di Indonesia pun demikian, juga harus menghadirkan kemanusiaan, etika dan sportifitas. Jangan sampai, apa yang dikhawatirkan Odell benar-benar terjadi. Ancaman serius bagi bangsa dan negara!

 

MUHAMMAD FITRAH YUNUS

Direktur Eksekutif Trilogia Institute dan Pemerhati Kebijakan Publik

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular