Thursday, September 18, 2025
spot_img
HomeEkonomikaButuh Rp 720 Juta untuk Pensiun Nyaman, Mayoritas Pekerja Indonesia Nol Persiapan

Butuh Rp 720 Juta untuk Pensiun Nyaman, Mayoritas Pekerja Indonesia Nol Persiapan

Ilustrasi. (Gambar: Tim Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Mayoritas pekerja di Indonesia ternyata belum siap menghadapi masa pensiun. Padahal, menurut perencana keuangan, idealnya seorang pekerja membutuhkan dana tabungan pensiun setara enam kali pendapatan tahunan sebelum berhenti bekerja.

Dengan gaji Rp 10 juta per bulan atau Rp 120 juta per tahun, maka dana pensiun yang disarankan mencapai Rp 720 juta. “Sayangnya, sebagian besar pekerja di Indonesia sama sekali tidak menyiapkan jumlah itu,” kata edukator dana pensiun DPLK SAM, Syarifudin Yunus, Senin (8/9/2025).

Realitas di lapangan menunjukkan kesenjangan besar. Dengan gaji terakhir Rp 10 juta dan masa kerja 24 tahun, rata-rata pekerja hanya mengumpulkan Rp 164 juta melalui Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan. Jika digunakan untuk biaya hidup Rp 3 juta per bulan, uang itu hanya cukup untuk 4,5 tahun. “Kalau pensiun di usia 56 tahun, maka di usia 60 dana pensiun sudah habis. Setelah itu, dari mana biaya hidupnya?” ujar Syarifudin.

Data terbaru menunjukkan tingkat penghasilan pensiun (TPP) pekerja Indonesia hanya 10-15% dari gaji terakhir. Artinya, pekerja dengan gaji Rp 10 juta hanya mampu hidup dengan Rp 1 juta–Rp 1,5 juta per bulan di hari tua. Survei Asian Development Bank (ADB) 2024 bahkan mengungkapkan, satu dari dua pensiunan Indonesia bergantung pada transferan anak-anaknya, sementara tujuh dari 10 menghadapi masalah keuangan serius.

“Standar hidup pekerja langsung anjlok ketika pensiun. Dari Rp 10 juta per bulan saat bekerja, turun drastis hanya menjadi Rp 1 juta-Rp 1,5 juta setelah pensiun,” jelas Syarifudin.

Menurutnya, alternatif paling realistis untuk menutup kesenjangan ini adalah menyiapkan tabungan pensiun pribadi melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). “Lewat DPLK, pekerja bisa menabung rutin, menikmati hasil investasi, mendapatkan insentif pajak, sekaligus memiliki ketenangan psikologis di hari tua,” katanya.

Syarifudin menegaskan, menyiapkan dana pensiun bukan sekadar soal angka, melainkan soal keberlangsungan hidup. “Kalau bukan kita yang peduli dengan hari tua kita sendiri, siapa lagi?” tutupnya retoris. (*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular