
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Tak banyak yang menyangka perjalanan bisnis Budi Mulyono bermula dari kesulitan makan di tengah proyek pembangunan bandara di Bali. Kini, pria asal Jombang, Jawa Timur itu menjelma sebagai salah satu pelaku penting dalam rantai pasok makanan halal nasional melalui perusahaannya, PT. Adib Global Food Supplies.
Perjalanan panjangnya dimulai pada 1995 saat pengusaha Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) itu masih menjadi mahasiswa di Universitas Udayana Denpasar, Bali. Kala itu, Budi memilih mengambil cuti kuliah dan bekerja sebagai pengawas proyek PT PP Taisei, perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang menangani pembangunan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Lokasi proyek yang jauh dari pusat kota membuatnya kesulitan mencari makanan.
Dari situ, ia mulai menggandeng warung makan untuk menyediakan logistik bagi para pekerja bangunan yang jumlahnya mencapai 150 orang. Pengalaman memilih menu, menawar harga, dan mengatur distribusi makanan menjadi pembelajaran awal bagi Budi dalam memahami dunia usaha kuliner.
Awalnya, Budi berpikir hanya untuk efisiensi waktu, tapi dari situ ia belajar bahwa kebutuhan makanan itu pasti dan besar.
Usaha Kecil yang Tumbuh Bersama Waktu
Pada akhir 1990-an, Budi mulai merintis usaha kecil-kecilan. Ia menawarkan jamur segar ke hotel dan restoran. Penolakan demi penolakan ia alami, namun tak menyurutkan semangatnya. Perlahan, ia menambahkan produk lain seperti daging sapi, unggas, dan ikan.
Pada 1997, kapasitas pasokannya mulai menembus 50 ton per bulan, menjangkau lebih dari 300 titik distribusi. Tahun 2000 menjadi titik balik penting, saat ia mulai membuka cabang di berbagai kota seperti Surabaya, Medan, Batam, Padang, Bandung, hingga Makassar. Lima tahun kemudian, kantor pusat usahanya resmi berpindah ke Jakarta dan berbadan hukum sebagai PT. Adib Global Food Supplies.
Ekspansi Bisnis dan Infrastruktur
Kini, Adib Food bukan hanya penyedia bahan makanan halal, tapi juga perusahaan logistik makanan dengan layanan cold storage seluas 17.500 meter persegi di Narogong, dengan kapasitas penyimpanan hingga 8000 ton, serta lebih dari 100 armada truk berpendingin.
Di kota kelahirannya, Jombang, Budi membangun sejumlah Rumah Pemotongan Ayam (RPA) di daerah Mojokrapak, Diwek, dan Mojoagung, yang menyerap lebih dari 1.500 tenaga kerja. Ia juga mengembangkan pengolahan ikan dory di Karawang, Jawa Barat, yang kini turut memenuhi permintaan ekspor, termasuk untuk konsumsi jamaah haji Indonesia.
Tak Hanya Bisnis
Selain sibuk membangun usaha, Budi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keorganisasian. Saat tinggal di Bali, ia pernah menjadi pengurus MUI Provinsi Bali. Saat hijrah ke Jakarta, kecintaannya pada sepak bola membawanya menjadi salah satu ketua di lingkungan PSSI.
Kini, ia juga aktif sebagai penasihat di Paguyuban Arek Jombang (Pagerijo), komunitas perantau asal Jombang yang aktif membina pemuda dan pelaku UMKM.
Meski bisnisnya telah menjelajah ke berbagai kota, nilai-nilai kesederhanaan dan komitmen sosial tetap melekat pada dirinya. Karena baginya, berbisnis bukan sekadar mencari keuntungan. Tapi bagaimana bisa menciptakan lapangan kerja dan membantu orang lain tumbuh. (*)
Kontributor: Heru HjKarpet
Editor: Abdel Rafi