Thursday, April 18, 2024
HomeGagasanLiputan KhususBerterima Kasihlah NTT dan Indonesia Kepada Emmy Hafidz

Berterima Kasihlah NTT dan Indonesia Kepada Emmy Hafidz

(foto: istimewa)

Sepuluh tahun yang lalu Labuan Bajo yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bukan apa-apa.  Daerah ini cuma desa yang sepi serta pesisir dan pantai yang tidak berbeda dengan pantai-pantai dari ribuan pulau-pulau lain di Indonesia.  Labuan Bajo waktu itu tidak pernah dilirik siapa pun dan tidak pernah dikunjungi turis atau siapa pun karena memang tidak ada akses untuk menuju ke sana. Daerah ini dianggap sebagai daerah yang tidak penting untuk diingat, kecuali anak-anak sekolah yang menghapal dari buku akan adanya binatang purba di Pulau Komodo.

Tetapi Labuan Bajo sekarang adalah daerah yang dikenal di seluruh jagad bumi karena jasa seorang Emmy Hafidz, yang berkampanye duet dengan tokoh sekaliber Jusuf Kalla.  Kebanyakan publik dan rakyat Indonesia mempunyai ingatan pendek sehingga tulisan mengenai kenangan untuk Emmy Hafidz ini saya kira penting untuk mengingatkan jasanya.

Emmy Hafidz adalah kakak kelas saya, tetapi sangat jarang bertemu di kampus atau setelah menyelesaikan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat. Saya menekuni bidang ekonomi, Emmy menekuni bidang lingkungan hidup. Kami saling kenal, sesekali bertemu dengannya dalam suatu seminar. Emmy menjadi pimpinan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), sebelumnya saya ikut mendirikan ormasnya bersama Anies Rasyid Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan lainnya. Itu pun juga tidak pernah bertemu.

Meskipun bukan kawan yang bertemu setiap hari, di kalangan alumni IPB, Emmy sangat dikenal dan menjadi kebanggaan karena kiprah dan karyanya.  Apa yang dilakukan Emmy sangat penting untuk diingat, khususnya dalam melakukan upaya pemenangan hewan purba Komodo agar menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia baru. Pekerjaan ini bersifat global dan kolektif yang melibatkan kelompok kecil yang berkampanye, yang perlu melibatkan puluhan atau bahkan ratusan juta orang untuk berpartisipasi mendukungnya.  Untuk membuat gerakan kampanye khasahah kekayaan alam permai Indonesia, yakni Komodo, maka diperlukan tokoh nasional agar kampanye berjalan efektif.

Langkahnya cerdas dengan menggaet sosok Jusul Kalla, sebagai mantan wakil presiden, yang dikenal sigap, tulus dan total dalam bekerja. Jusuf Kalla berdiri di depan menjadi Duta Besar Komodo dan sekaligus menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Komodo. Gerakan kolektif berhasil karena semakin banyak dukungan dari para artis sehingga dukungan SMS (belum ada Whatsapp ketika itu) tembus lebih dari 100 juta.   Akhirnya  pada bulan Mei 2012 Taman Nasional Komodo ditetapkan menjadi satu keajaiban dunia, selain Halong Bay di Vietnam, Iguazu Falls di Amerika Latin (Argentina dan Brazil), Jeju Island di Korea Selatan, Puerto Princesa Underground River di Filiphina, Table Mountain di Afrika Selatan, dan Hutan Amazon.

Sukses proyek besar tersebut kemudian mengubah Labuan Bajo menjadi kota wisata yang mengagumkan karena eksistensi hewan purba, yang diakui sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia (New7wonder). Lapangan terbang dibangun, hotel-hotel bermunculan dan turis-turis dari berbagai belahan dunia datang untuk melihat The New 7 Wonder ini.

Kehebatan Emmy ini adalah legasinya yang mestinya tidak dan jangan dilupakan karena usaha keras itu mengalahkan 440 saingan dari 220 negara.   Sukses ini bukan merupakan hal mudah sehingga saya mengusulkan Emmy mendapat bintang jasa dari negara.

Propinsi NTT seharusnya juga memberi penghargaan kepadanya, terutama menjaga passion-nya dalam lingkungan hidup. Faktanya sekarang Pantai Labuan Bajo, Pulau Rinca,. Pulau Komodo sudah mulai rusak lingkungannya karena tidak terjaga.  Sampah-sampah bertebaran tidak hanya mengganggu tetapi sudah merusak keindahan alamnya.

Depok, 4 Juli 2021

DIDIK J RACHBINI

Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Rektor Universitas Paramadina Jakarta

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular