POSO – Kasus-kasus radikalisme di wilayah Sulawesi Tengah seolah memiliki graduasi. Aksi pergolakan yang mengarah pada tindakan terorisme dan mengganggu keamanan negara masih kerap terjadi khususnya di Poso. Fenomena ini ternyata penyebabnya adalah adanya kaderisasi yang tak putus kepada generasi muda sehingga pemikiran radikal masih ada. Karenanya, Komandan Korem 132/Tadulako Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf membuat program edukasi yang disebut Banua Sintuwu Maroso. Hal tersebut disampaikan Farid kepada redaksi cakrawarta.com, Kamis (4/11/2021).
“Banua Sintuwu Maroso adalah kegiatan sinergitas antara Korem 132/Tadulako dengan Universitas Sintuwu Maroso (Unsimar) Poso. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada anak-anak usia sekolah di Poso dan Napu untuk mencegah supaya mereka tidak terpapar ajaran-ajaran radikal yang menyimpang dari wawasan kebangsaan kita,” ujar Farid Makruf saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Menurut Farid Makruf, pasca tewasnya salah satu pimpinan gerakan teroris Ali Kalora, pihak Korem 132/Tadulako yang ia pimpin tetap gencar melaksanakan program deradikalisasi.
“Di lapangan kami temukan banyak paham-paham radikal dari kelompok Salafi Jihadis di Sulawesi Tengah. Ajaran yang mereka bawa antara lain NKRI: negara kesatuan republik iblis; Pancasila, Merah Putih dan lagu kebangsaan Indonesia raya itu musyrik; TNI, Polri dan ASN itu toghut (setan) karena makan gaji dari negara kafir; Indonesia dianggap negara kafir karena tidak berbaiat kepada ISIS; Amaliyah istisyadiyah (bunuh diri) adalah amalan tertinggi untuk masuk surga; yang berbeda aliran dan bukan segolongan mereka, halal darahnya untuk ditumpahkan. Dan masih banyak lagi doktrinasi yang dilakukan oleh kelompok jihadis ini kepada anak-anak usia sekolah,” paparnya.
Karena itulah, masih menurut Farid Makruf, program deradikalisasi Banua Sintuwu Maroso dilahirkan dimana bentuk programnya seperti membuat program deradikalisasi yang bekerjasama dengan Universitas Sintuwu Marosso, membangun perpustakaan, membentuk taman karakter, penyuluhan dan sosialisasi anti radikalisme.
“Kami juga mengaktifkan tim Dai TNI yang sedang berupaya masuk ke pesantren-pesantren yang terindikasi radikal dengan membawa tema, topik dan ajaran tentang wawasan kebangsaan. Kami juga melakukan silaturahim tatap muka dengan tokoh agama dan eks napiter. Alhamdulillah responnya positif dan sedikit demi sedikit deradikalisasi terwujud. Mohon doa dan dukungan publik khususnya media juga,” pungkas Farid Makruf.
(bus/bti)