
Bangkalan, – Madura selama ini dikenal sekedar sebagai Pulau Garam. Setidaknya sampai sekarang julukan itu belum berubah. Hal-hal identik lain terkait Madura lebih banyak didominasi oleh nada-nada peyoratif seputar dunia perparkiran, carok, besi tua hingga sekedar penjual sate sebagai street food di dunia kuliner. Sempat kemudian masuk langgam berita media arus utama yaitu seputar toko kelontong yang ternyata mampu menjadi fenomena nasional hingga menjadi perbincangan pebisnis nasional, peritel modern skala nasional dan global hingga melibatkan sekelas Menteri untuk berkomentar.
Di tengah berkelindannya begitu stigma peyoratif mengenai Madura, ternyata Pulau (lebih tepatnya kepulauan) ini memiliki banyak potensi wisata luar biasa yang tak kalah indah dan menarik bila dibandingkan dengan daerah lain. Tak hanya dengan daerah di Jawa Timur, melainkan pula di Indonesia. Sebut saja keindahan areal Gililabak yang tak kalah dengan tempat-tempat tersohor di Raja Ampat, ada Giliyang dengan kandungan kadar oksigen terbaik kedua di dunia, ada aksi Kerapan Sapi yang tak kalah dengan dijajakan oleh Negeri Gajah Putih Thailand melalui Kerapan Kerbau di Chonburi atau bahkan Sumenep memiliki wisata sejarah Keraton, Pamekasan memiliki areal Wisata Edukasi Garam, Sampang terkenal dengan wisata kuliner atau Pemandian Air Panasnya hingga Bangkalan dengan dominasi wisata religi.
Karena itu, atas inisiasi beberapa tokoh dan difasilitasi oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS), dibentuklah Asosiasi Pariwisata Madura atau ASPRIM pada tahun 2014 dengan visi besar menjadikan lembaga ini sebagai “penggerak utama” pariwisata Madura yang berkelas dunia pun berkelanjutan.

Sebagai wadah baru yang berisikan seluruh stakeholders dunia pariwisata di Madura, tentu, langkah gerak ASPRIM lebih berfokus pada bagaimana ia menunjukkan eksistensinya sekaligus tentu sedikit demi sedikit memperkuat “social brand awareness” baik di Madura maupun bagi pelaku dunia pariwisata di luar Madura, nasional dan dunia. Sebuah visi besar dengan permulaan langkah sederhana tapi pasti. Bahkan sejak berdiri, banyak perintis awal ASPRIM yang membangkitkan destinasi wisata baru termasuk mengajak SDM Madura lainnya untuk mengelola dan membangkitkan potensi wisata yang ada.
Sambut 2025: Konsolidasi Pelaku Wisata Menuju Madura National dan Madura Global
Kini, 10 tahun sudah berlalu. ASPRIM tercatat telah melakukan 3 kali pergantian kepengurusan dalam format Mubes atau Musyawarah Besar yang tentu dibaca sejak pembentukan pertamanya di Hotel Camplong, Sampang pada Jumat (7/11/2014). Kala itu, para pihak yang terlibat tentulah belum sebanyak seperti saat ini. Didominasi oleh generasi milineal Madura dengan pendampingan dari generasi sepuh seperti Muliyar Muchtar, owner Bebek Suramadu yang terkenal dengan Bebek Rolasnya itu. Pada pembentukan pertama ini, terpilih Mukti Ali pemilik Mandala Wisata dari Pamekasan sebagai Ketua pertama. Adapun Mubes keduanya diadakan di Hotel Front One, Pamekasan pada Selasa (21/1/2020) dan terpilihlah owner Madura Indah Wisata, Achmad Vicky Faisal asal Sampang.

Sementara itu, Mubes terakhir diadakan di Pamekasan juga yakni Hotel Odaita pada Kamis (14/11/2024) yang melahirkan Mat Saleh (pendiri dan pemilik Polo Great Tour and Travel) sebagai Ketua terpilih periode 2024-2028.
“Pertama, kami melalui ASPRIM akan melakukan pelatihan dan peningkatan SDM baik anggota maupun masyarakat tentang potensi pariwisata di Madura. Kami juga akan memberikan penyuluhan kepada pengelola destinasi untuk menerapkan Standar Operasional Kelayakan suatu destinasi pariwisata. Kami juga akan mengindentifikasi potensi-potensi wisata di Madura dengan membuat roadmap untuk kemajuan pariwisata di Madura,” ujar Mat Saleh seusai terpilih dalam Mubes ke-3 ASPRIM pada November 2024 lalu itu.

Usia satu dekade dan dalam konteks Madura, bukan pekerjaan mudah untuk menyatukan gerak langkah dalam upaya minimal bagaimana memberitahukan “dunia luar” bahwa potensi pariwisata Madura luar bisa. Mat Saleh bersama tim pengurus ASPRIM yang baru telah mulai melakukan penabalan eksistensi sekaligus mencoba terus mendorong agar kontribusi organisasi bisa terus fokus pada substansi.
Dalam dunia bisnis, tentu data memiliki peranan penting, karena itulah di era kepengurusannya kali ini, Mat Saleh membentuk divisi baru, Bidang Data dan Riset. Dan karena itu pula, untuk periode ini, ia dan timnya mendatangi kalangan akademisi. Diskusi bersama Prof. Dr. Mohammad Nizarul Alim, M.Si dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Melalui pertemuan dan diskusi berkonsep Focus Group Discussion (FGD) di RM JOZ Kabupaten Bangkalan. Dalam pertemuan tersebut didapatkan banyak data dan tentunya problematika seputar dunia pariwisata di Madura. Tentu saja, usulan solusi untuk mengatasinya.
“Di Madura, potensi pariwisatanya belum terintegrasi satu sama lain. Belum pula melibatkan semua pihak. Apalagi ada hambatan misalnya pergantian kepemimpinan di level Desa, pergantian Kepala OPD. Karena itu, kami akan melakukan konsolidasi internal serta melakukan kunjungan kepada para stakeholders setelah ini. Kami juga akan melanjutkan diskusi kali ini dengan pihak LPPM UTM serta mendampingi program-program penelitian dari pihak akademisi sehingga terjadi sinergi dan kolaborasi. Datanya pun nanti bisa terintegrasi, sehingga pencarian solusi lebih fokus pada substansi dan mengarah pada meningkatnya faktor kontribusi kami sebagai sebuah organisasi,” papar Mat Saleh seusai diskusi di RM JOZ Bangkalan, Minggu (22/12/2024).

Dari Bedah Data Dengan Akademisi Ke Anjangsana Para Pemda
Pasca pergulatan data dan diskusi di RM JOZ Bangkalan, tim ASPRIM langsung gercep bergerak untuk melakukan konsolidasi dan kolaborasi. Tim ASPRIM pun segera merancang program untuk melakukan anjangsan kepada para stakeholders terutama Pemerintah Daerah (Pemda) yang ada di Madura.
Bersama puluhan pengurus inti dan beberapa perwakilan Korwil Kabupaten Sumenep misalnya, pada Selasa (24/12/2024), ASPRIM menghadiri undangan dari Pj Bupati Bangkalan di Pendopo Alun-Alun Kabupaten Bangkalan untuk memberikan masukan strategis dalam penyusunan Kalender Event Kabupaten Bangkalan Tahun 2025. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bangkalan serta sejumlah pemangku kepentingan terkait pariwisata.
Acara yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB ini diawali dengan sambutan dari perwakilan Pj Bupati Bangkalan, yang menyampaikan pentingnya peran ASPRIM dalam mengembangkan potensi pariwisata lokal. Dalam sesi diskusi, pengurus ASPRIM menyampaikan sejumlah usulan strategis yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Bangkalan diantaranya:
1. Agenda Terak Bulan
ASPRIM mengusulkan pelaksanaan acara bulanan yang dapat digelar secara bergantian di setiap kecamatan untuk meratakan potensi pariwisata lokal.
2. Basecamp ASPRIM
Rencana pembentukan basecamp ASPRIM di Information Center untuk mendukung koordinasi dan promosi pariwisata.
3. HPI Guide Bangkalan
Melibatkan alumni program Kacong Cebing sebagai pemandu wisata resmi untuk meningkatkan profesionalisme layanan pariwisata.
4. Pengembangan Wisata Lokal
Potensi wisata lokal seperti Salak, Susur Sungai, dan Jagung diusulkan menjadi daya tarik utama dengan narasi unik dan produk turunan yang mendukung.
5. Paket Wisata Salak
ASPRIM menyarankan pembuatan paket wisata berbasis Salak, yang mencakup produk olahan dan cerita naratif untuk menarik wisatawan.
6. Kerja Sama dengan Driver Lokal
Sistem kerja sama dengan pengemudi lokal yang memberikan insentif berupa komisi turut diusulkan untuk memperluas jaringan promosi wisata.
7. Makam Syaichona Cholil sebagai Gerbang Wisata Madura
Lokasi makam ulama besar ini diusulkan menjadi pintu masuk wisata Madura, dengan narasi sejarah yang menarik bagi wisatawan.

Acara ini juga menjadi kesempatan untuk menjalin sinergi antara pemerintah daerah, ASPRIM, dan pelaku usaha pariwisata dalam meningkatkan daya saing pariwisata Bangkalan di tingkat nasional. Setelah sesi diskusi, acara diakhiri dengan makan siang bersama sebagai bentuk kebersamaan dan apresiasi atas kerja sama seluruh pihak. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat dituangkan ke dalam kalender event resmi Kabupaten Bangkalan Tahun 2025.
Dari Kabupaten Bangkalan, melalui orwil ASPRIM Kabupaten Sumenep, ASPRIM juga melakukan anjangsana dengan Pemda Kabupaten Sumenep. Pada Senin (30/12/2024) bertempat di Ruang Rapat Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep, ASPRIM melakukan diskusi mendalam dengan Disbudporapar. Agenda pertemuan tersebut adalah mengenalkan ASPRIM sekaligus membahas sinergi untuk mendukung pengembangan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Sumenep.
Ketua Korwil Asprim Sumenep, Bisron Ali, menyampaikan bahwa tujuan utama rakor ini adalah menjalin kolaborasi strategis dengan Disbudporapar. “Kami ingin Disbudporapar memahami keberadaan Asprim sebagai mitra strategis, khususnya dalam mendukung pemasaran dan promosi wisata daerah,” ujar Bisron, perwakilan ASPRIM Korwil Sumenep saat ditemui seusai diskusi, Senin (30/12/2024) sore.
Dalam kesempatan tersebut, ASPRIM menyoroti pentingnya pengelolaan tiga destinasi wisata unggulan Sumenep yaitu Giliyang, Gili Labak, dan Pantai 9 di Gili Genting. Dalam kesempatan ini, pihak ASPRIM menyampaikan beberapa usulan seperti penyediaan lahan parkir untuk bus besar di Giliyang dan subsidi pemerintah untuk open trip Gili Labak setiap akhir pekan dengan tujuan utama agar dapat mempermudah wisatawan dan meningkatkan kunjungan ke destinasi unggulan.
Kepala Disbudporapar Kabupaten Sumenep, H. Mohamad Iksan, S.Pd, MT., menanggapi usulan tersebut dimana ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Bupati dan Dinas Perhubungan untuk merealisasikan open trip ke Gili Labak termasuk menunggu perahu bantuan dari Politeknik Negeri Madura (Poltera) untuk mendukung akses transportasi wisata ke Gili Labak.

Tak hanya itu, selama diskusi pihak APSRIM juga mengajukan beberapa saran penting seperti perbaikan regulasi parkir di destinasi wisata dan peningkatan fasilitas pendukung termasuk melibatkan pelaku wisata dalam event promosi di berbagai daerah.
“Kami siap membantu mempromosikan kalender event Sumenep melalui paket wisata yang dijual oleh agen tour dan travel anggota ASPRIM. Dan paling penting agar tanggal event wisata Kabupaten Sumenep tidak berubah-ubah untuk menghindari kekecewaan wisatawan,” ujar Bisron yang juga merupakan pemilik Jawara Tour & Travel Kabupaten Sumenep itu. Usulan ASPRIM tersebut direspon oleh Kadisbudporapar yang menegaskan komitmen pihak Pemda Sumenep untuk mendukung upaya yang diusulkan oleh ASPRIM.
ASPRIM tak menyia-nyiakan kesempatan berdiskusi dengan pihak Pemda Sumenep ini. Dalam kesempatan itu, ASPRIM mengusulkan pula adanya pusat oleh-oleh yang dikelola Pemkab untuk memudahkan wisatawan menemukan produk khas Kabupaten Sumenep.
Diskusi demi diskusi dengan pihak Pemda baik Kabupaten Bangkalan maupun Kabupaten Sumenep, menjadi langkah awal untuk mewujudkan Madura sebagai destinasi wisata unggulan yang lebih terintegrasi dan kompetitif di masa mendatang.
Tak hanya dengan beranjangsana dengan pihak Pemda, ASPRIM juga berkoordinasi dengan menjadikan tokoh-tokoh ternama menjadi bagian Dewan Pembina diantaranya mantan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Dr. Farid Makruf, M.A., yang dikenal sebagai pecinta budaya kerapan sapi dan budayawan kesohor Madura, KH. D. Zawawi Imron, yang lebih dikenal dengan si Celurit Emas.
Tahun 2025, Target ASPRIM Menduniakan Wisata Unggulan Madura
Dihubungi oleh media ini, Kamis (2/1/2025), Mat Saleh mengatakan bahwa selama tahun 2024 merupakan tahun yang cukup positif bagi pariwisata Madura. Hal tersebut, lanjutnya, ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan baik deomestik ataupun internasional. Dari data yang dimiliki ASPRIM, Mat Saleh menyebutkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan domestik meningkat dibanding tahun sebelumnya.
“Dengan data sementara mencatat lebih dari 1 juta kunjungan hingga Oktober 2024 sedangkan wisatawan mancanegara juga meningkat, mencapai 1.020 kunjungan hingga akhir tahun. Ini jelas sangat bagus mengingat data tahun 2023, kunjungan wisatawan mancanegara hanya mencapai 444 kunjungan. Tentu hal ini menjadi cacatan penting untuk Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan aspek infrastruktur pun tentunya aspek promosi,” tukas Mat Saleh.
Karena itulah, lanjutnya, pada tahun 2025, pihak ASPRIM akan melakukan beberapa pengembangan yaitu seperti mengembangkan potensi desa wisata melalui pelatihan dan pemberdayaan masyarakat lokal; lalu mengadakan Festival Budaya seperti Karapan Sapi, Festival Batik Madura, dan Festival Sapi Sono’ terus digelar untuk menarik wisatawan.
“Tentu untuk menggapai itu semua, kami akan melibatkan pelaku usaha lokal untuk menciptakan paket wisata yang lebih menarik dan terintegrasi sehingga di tahun 2025 Pariwisata Madura akan melesat dan terintegrasi bersama ASPRIM,” tandasnya mengakhiri keterangan.

Sekali lagi, Madura memiliki potensi luar biasa diluar begitu melekatnya nada-nada peyoratif tentangnya. ASPRIM seolah menjadi oase di tengah gersangnya informasi-informasi positif seputar Madura. Melalui dunia pariwisata, ASPRIM seolah menjelma menjadi aktor penggerak untuk mengatakan bahwa “Madura itu indah dan menarik dimana ASPRIM siap menjadi ujung tombak marcomm menduniakan Madura.” (***)
Reporter: Abdel Rafi
Editor: Tommy