Wednesday, December 17, 2025
spot_img
HomeSosokWahyu Dhyatmika: Wartawan Senior Menginspirasi Lewat Jurnalisme Digital

Wahyu Dhyatmika: Wartawan Senior Menginspirasi Lewat Jurnalisme Digital

Wartawan Senior Tempo alumnus FISIP Unair, Anak Agung Gde Bagus Wahyu Dhyatmika. (foto: dokumen pribadi)

Surabaya, – Bernama lengkap Anak Agung Gde Bagus Wahyu Dhyatmika, seorang wartawan senior profesional yang saat ini menjabat sebagai CEO Tempo Digital. Posisi yang ia capai hingga saat ini tidak dapat terlepas dari tekad dan kecintaannya pada dunia jurnalisme sejak muda.

Sosok yang akrab disapa Wahyu ini merupakan adalah alumnus FISIP Unair Surabaya. Selain menjadi seorang CEO, Wahyu kini juga aktif sebagai aktivis di Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Di AJI, ia terus memperjuangkan jurnalisme independen, kebebasan pers, dan kesejahteraan pekerja industri media.

Wahyu mengawali perjalanannya di dunia akademik dengan menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Komunikasi. Selama masa kuliah, Wahyu dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan kampus, termasuk jurnalisme.

“Tahun 1997 dan 1998, di era gerakan mahasiswa, saya aktif sebagai wartawan kampus. Jadi itu salah satu pengalaman yang akhirnya menempa skill jurnalistik saya. Kebetulan memang cocok dengan apa yang saya pelajari di ruang kuliah,” papar Wahyu dalam keterangannya pada media.

Setelah lulus dari FISIP Unair, Wahyu memulai perjalanannya sebagai wartawan Tempo di Jakarta pada tahun 2002. Sebagai wartawan lapangan Tempo, ia harus bergerak cepat dan dinamis, meliput berita dari berbagai lokasi seperti kantor pemerintahan, pengadilan, kantor polisi, dan gedung DPR.

“Menjadi pengalaman tidak terlupakan ketika saya bisa membuat 10 sampai 15 berita sehari tentang berbagai topik. Saat itu bukan perkara susah karena semua narasumber berada dalam satu tempat, jadi nggak perlu keliling. Jalan sedikit ketemu anggota DPR, jadi banyak beritanya,” imbuhnya.

Pada tahun 2004, Wahyu melanjutkan pendidikannya ke University of Westminster di jurusan International Journalism and Media. Setelah menyelesaikan studinya, Wahyu kembali ke Tempo dan berusaha melakukan transformasi pada dunia media digital.

Karir Wahyu di Tempo terus berkembang hingga akhirnya ia dipercaya memimpin media tersebut sebagai CEO. Wahyu berkomitmen untuk menjaga independensi dan integritas jurnalistik Tempo. Selain itu, ia mulai mengembangkan Tempo sebagai salah satu pelopor awal media digital di Indonesia.

“Salah satu karakter media digital itu, publiknya interaktif. Kita nggak bisa lagi hanya satu arah. Publik harus terlibat, publik harus aktif, ada engagement, dan redaksi harus melibatkan pembaca,” tukas Wahyu.

Selain kesuksesannya di Tempo, Wahyu juga aktif dalam mengembangkan inovasi edukasi melalui kanal YouTube “Kok Bisa”. Wahyu juga berinovasi dengan mengembangkan Tempo Witness, sebuah platform pemberdayaan komunitas lokal atau termarjinalisasi yang bekerja sama dengan berbagai proyek komunitas seperti Internews’ Earth Journalism Network, Hivos, WWF, dan lainnya.

Dengan kesuksesan tersebut, sebagai alumnus, Wahyu berharap kampus tempatnya belajar yaitu Unair terus menjadi pelopor dan simbol keterbukaan. Ia ingin melihat lulusan Unair tersebar di berbagai sektor dan menjadi agen perubahan di setiap bidang yang digeluti.

“Terus menjadi sebuah tempat belajar yang menyenangkan, inklusif, terbuka, tidak dogmatis. Sebaik-baiknya kampus adalah yang  memberikan kesempatan mahasiswanya untuk belajar dan salah,” pungkasnya.

(khefti/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular