Thursday, October 30, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusZaman Serba Viral, Guru Besar UNAIR: Jangan Lupa Etika di Dunia Digital!

Zaman Serba Viral, Guru Besar UNAIR: Jangan Lupa Etika di Dunia Digital!

Ilustrasi.

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di era ketika semua hal bisa viral hanya dalam hitungan detik, masyarakat kini hidup di tengah banjir informasi yang tak terbendung. Dari kabar benar hingga hoaks, dari konten edukatif hingga sensasi murahan, semuanya bersaing merebut perhatian publik.

Fenomena ini menjadi sorotan Guru Besar Ilmu Perilaku Informasi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Dessy Harisanty, S.Sos., MA., dalam orasi ilmiahnya yang berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kampus Merr-C UNAIR, pada Rabu (29/10/2025).

“Dulu manusia berkomunikasi lewat simbol di dinding goa, sekarang simbol itu sudah berubah jadi unggahan di dunia maya,” tutur Dessy membuka orasinya. Menurutnya, masyarakat kini telah berubah dari penerima informasi menjadi produsen informasi. “Kalau dulu kita hanya menerima berita, sekarang kita juga ikut membuat dan menyebarkannya,” imbuhnya.

Dessy menilai kemajuan teknologi komunikasi membuat manusia punya kemampuan luar biasa untuk terhubung dan berekspresi. Namun, di balik itu ada sisi gelap yang mengintai yakni arus data tanpa filter, hoaks yang terus berulang, dan algoritma yang memperkuat bias informasi.

“Semua ini membuat daya kritis masyarakat menurun. Kita sering kali percaya dan membagikan informasi tanpa berpikir panjang,” katanya.

Karena itu, Dessy menekankan pentingnya dua pilar utama agar masyarakat tetap waras di dunia digital yaitu literasi kritis dan etika informasi. “Literasi kritis bukan cuma bisa baca, tapi bisa paham makna di balik teks,” tegasnya. “Sementara etika informasi adalah pagar moral yang mengajarkan kita untuk menghormati privasi, menghargai orisinalitas, dan bertanggung jawab atas dampak sosial setiap unggahan.” tambahnya.

Tanggung Jawab Ganda di Era Serba Viral

Dessy mengingatkan bahwa masyarakat digital kini memikul tanggung jawab ganda baik sebagai penerima maupun pembuat konten. Sebagai penerima informasi, masyarakat harus memverifikasi sebelum membagikan. Sebagai pembuat konten, mereka wajib memastikan karya yang disebarkan tidak plagiat, tidak menyesatkan, dan tidak merugikan orang lain.

Guru Besar Ilmu Perilaku Informasi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, Prof. Dr. Dessy Harisanty, S.Sos., MA., saat menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Garuda Mukti, Kampus Merr-C UNAIR, Surabaya, Rabu (29/10/2025). (foto: Unair for Cakrawarta)

“Kalau kita ingin dunia digital yang sehat, semua harus mulai dari diri sendiri. Jangan asal klik ‘share’ tanpa tahu isi dan dampaknya,” katanya mengingatkan.

Lebih jauh, Dessy juga menekankan pentingnya pendidikan literasi digital sejak dini agar generasi muda terbiasa berpikir kritis dan beretika di dunia maya. “Mereka harus dibiasakan menghormati sumber, mencantumkan atribusi, dan menahan diri untuk tidak menyebarkan sesuatu sebelum diverifikasi,” ujarnya.

Menurutnya, pendidikan menjadi kunci untuk melahirkan manusia yang cakap secara teknis, beretika secara moral, dan kritis secara intelektual. “Mereka inilah benteng pertama dan terakhir bagi kejernihan informasi di tengah kebisingan dunia global,” pungkasnya.(*)

Kontributor: PKIP Unair

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular