Sunday, December 8, 2024
spot_img
HomeSudut PandangZaman Kian Canggih, Ketum Bapera: Fisika Bisa Diaplikasikan Ke Dunia Politik!

Zaman Kian Canggih, Ketum Bapera: Fisika Bisa Diaplikasikan Ke Dunia Politik!

Fahd el-Fouz A Rafiq, Ketum DPP BAPERA

“Kemajuan sebuah zaman makin canggih. Ilmu fisika pun dapat diaplikasikan di dunia politik karena perhitungannya lebih pas dan presisi apalagi ini berkaitan dengan sistem politik khususnya mereka yang menganut paham demokrasi. Mungkin ke depannya, variasi rumus fisika ke dalam politik birokrasi dapat segera diaplikasikan dalam kemajuan peradaban manusia.”

(Ketum DPP BAPERA, Fahd El-Fouz A Rafiq)

 

JAKARTA – Politik adalah sebuah bidang ilmu yang bisa diartikan ke pemahaman yang lebih matematis. Zaman semakin lama semakin canggih dunia politik yang begitu dinamis dapat menggunakan rumus fisika yang lebih objektif. Konstanta di dunia politik dapat terukur yaitu “politik tidak kenal lawan abadi, karena semua soal kepentingan belaka,” ucap Fahd El-Fouz A Rafiq pada media ini ketika ditemui di Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Barisan Pemuda Nusantara (Ketum DPP BAPERA) tersebut meminjam istilah dari John Protevi soal fisika politik seputar “relasi fungsi dari berbagai kekuatan fisik”.

“Aneka skala mulai dari individu, kelompok, partai politik, agama, pengusaha, kekuatan kelompok agama, militer, teknologi dan kaum akademisi sebagai material penyokong pondasi suatu kekuatan politik,” ucapnya menjabarkan relasi fungsi berbagai kekuatan fisik yang dimaksud.

Fahd menambahkan konteks ilmu fisika yang dapat diterapkan di dunia politik khususnya fisika klasik yaitu “tidak mustahil mengetahui keadaan yang akan datang jika semua gaya, posisi dan momentum suatu benda bisa diketahui.”

“Fenomena langka dalam perpolitikan Indonesia ketika Bapak Presiden Joko Widodo sebelum menjadi RI 1 adalah seorang Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta sempat menjadi perbincangan hangat di tanah air. Hampir seluruh variabel kemenangan politik ada di pihaknya dan itu menggunakan rumus fisika teorinya Simon Laplace,” imbuhnya.

Fahd mengatakan bahwa citra permukaan hanya sekedar mengetuk rasa dan menarik secara emosional.

“Harus diakui, pilihan setiap orang dalam konteks demokrasi tidak melulu soal rasional akan tetapi irasional. Terkadang tiap pilihan mengabaikan akal dan perasaan keduanya langgeng beriringan bagaikan irama mayor dan minor,” tambahnya lagi.

Menurut Fahd, fisikawan modern yang dikenal dengan Teorema Ketidakpastian itu mengatakan bahwa mustahil untuk bisa mengukur secara tepat posisi sekaligus momentum partikel yang bergerak apabila posisinya diketahui, maka momentumnya tidak akurat, begitu juga sebaliknya.

“Untuk masa jabatan yang diemban oleh seseorang, rumus Newton yang  “mensinyalir massa yang diam cenderung tetap diam diartikan ke dunia politik ketika pejabat yang sudah duduk pada sebuah kursi kekuasaan sulit untuk melepaskannya,” tandasnya.

Fahd menambahkan, jika merujuk pada rumus tersebut maka satu periode tidak cukup pasti nambah makanya incumbent pasti ikutan lagi. Jika posisi atau jabatan politik sebagai gerak dinamis: Massa yang bergerak cenderung tetap bergerak, bisa menyebabkan seseorang yang malang melintang di dunia politik menjadi kesusahan alias mengalami “power syndrome’ ketika turun jabatan.

“Karena dimaknai akhir dunia karena berdiam diri itu perlu ada gaya eksternal, dukungan keluarga menciptakan suasana dinamis,” paparnya.

Fahd menambahkan bahwa alam demokrasi diatur oleh sistem sederhana dimana perubahan massa jenis, tekanan dan sifat zat berubah karena pengikut hukum sederhana.

“Hal Ini tidak hanya  berlaku dalam dunia fisika. Dalam alam demokrasi terbukti bahwa parpol yang sudah banyak pendukungnya, biasanya makin digandrungi orang.  Simpatisan saling mempengaruhi dan mengorganisasi dirinya untuk mengikuti pengaruh itu. Jadi parpol bersangkutan makin mengorganisasi kekuatannya dalam berkampanye jika di ilmu fisika dikaitkan dengan kemampuan unsur unsur mengorganisasi dirinya pada keadaan kritis,” jelasnya detail.

Karenanya, menurut Fahd, Hukum Pangkat dalam ilmu fisika berlaku dalam demografi yakni dimana daerah yang padat penduduknya cenderung makin dijejali manusia.

“Sebaliknya, daerah yang kurang penduduknya tidak terjadi ledakan penduduk. Alamiahnya, manusia akan mengorganisasi mencari tempat yang mudah dalam mencari nafkah atau pendapatan,” pungkasnya mengakhiri keterangannya.

(asw/bus)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular