Trenggalek, – Sukorejo adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur yang sukses mengelola sampah dan limbah. Berdasarkan data dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (DPKPLH) Kabupaten Trenggalek, diketahui bahwa Desa Sukorejo beserta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Sejati telah mampu mengelola sampah dengan baik sehingga selain membantu kebersihan lingkungan hidup juga dapat membantu masyarakat setempat untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari pengelolaan sampah. Djarot dan Zainul, dua perwakilan dari DPKPLH Kabupaten Trenggalek menyatakan bahwa Desa Sukorejo memiliki prestasi dalam menjalankan pengelolaan sampah terpadu.
Karena itulah, melalui program pengabdian masyarakat skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Desa Binaan, bersama dengan Universitas Tulungagung, tim dosen dari UPN Veteran Jatim memutuskan untuk berkolaborasi dengan BUMDes Mitra Sejati guna memberikan pelatihan pengelolaan sampah di Desa Jajar yang terletak dalam satu kecamatan.
“Tujuan dari adanya program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian, terhadap kebersihan lingkungan sekitar yang dimulai dari pengelolaan sampah yang baik,” ujar dosen dari UPN Veteran Jatim dan ketua tim kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa Binaan di Desa Jajar, Wahyu Dwi Lestari saat dikonfirmasi media ini, Rabu (21/8/2024).
Menurut Wahyu Dwi Lestari, kegiatan pelatihan tersebut berlangsung pada Jumat (16/8/2024) bertempat di Paseban Taman Jajar Gumregah, Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Pelatihan tersebut, lanjut Praja, menghadirkan Henrigo Rodita selaku Direktur Utama BUMDes Mitra Sejati sebagai narasumber. Sementara dirinya dan Mufida dari Universitas Tulungagung bertindak sebagai pendamping desa.
Menurut Wahyu Dwi Lestari, dengan kondisi yang masih permulaan, Desa Jajar memberi kesempatan kepada seluruh pengurus BUMDes yang bernama Pangestu dan pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bernama Kumbokarno Mukti untuk menjadi peserta dalam pelatihan tersebut.
“Kesempatan tersebut diberikan agar BUMDes Jajar Gumregah dan Pokdarwis Desa Jajar dapat menjajaki kesempatan ini sebagai peluang untuk mengembangkan kepariwisataan berbasis lingkungan hidup di Desa Jajar,” imbuh Wahyu Dwi Lestari.
Dalam kesempatan tersebut, Henrigo Rodita, memberikan banyak wawasan baru serta motivasi kepada para calon pelaku pengelolaan sampah di Desa Jajar. Ia menyampaikan kepada warga Jajar untuk percaya diri bahwa pengelolaan sampah yang hendak dimulai di Desa Jajar akan membawa aspek manfaat bagi mereka.
“Saya sangat berharap rekan-rekan di Desa Jajar, kita satu kecamatan juga, dapat meningkatkan kesadarannya tentang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah ini bapak dan ibu, tidak hanya untuk kebersihan lingkungan hidup, tapi bagaimana kita menjaga kesehatan masyarakat, menambah pendapatan, dan tentunya salah satu sumber kemakmuran masyarakat nantinya,” ujar Henrigo.
Wahyu Dwi Lestari menegaskan bahwa kegiatan pelatihan tersebut merupakan bukti konkret adanya iktikad baik dari akademisi perguruan tinggi, Kemendikbudristek RI, dan juga warga Kabupaten Trenggalek untuk bersama-sama memulai pembenahan lingkungan hidup.
“Pembenahan tersebut kami harap dapat dilakukan di Desa Jajar ini dimulai pada tahun 2024. Target kami untuk tahun 2024 ini adalah pembentukan sistem pengelolaan atau organisasi yang solid dan kompak dalam mengelola sampah masyarakat di Desa Jajar. Setelah itu, kami berencana memberikan teknologi tepat guna berupa mesin pencacah sampah untuk dapat digunakan membantu para pengelola sampah, khususnya di Desa Jajar,” paparnya.
Dihubungi terpisah, senada dengan Wahyu Dwi Lestari, Mufida pun menegaskan bahwa dirinya optimis kegiatan pelatihan pengelolaan sampah terpadu tersebut menjadi salah satu inisiatif positif para akademisi di Jawa Timur untuk mengisi ruang pasca kemerdekaan di kawasan rural.
“Kemerdekaan Indonesia tidak hanya diprakarsai oleh kota-kota besar tentunya. Kawasan perdesaan juga menjadi titik strategis perjuangan pergerakan kemerdekaan. Kegiatan ini saya pikir menjadi salah satu kontribusi dari kalangan akademisi untuk mengisi ruang setelah kita merdeka. Agar Indonesia tetap menuju makmur dan sejahtera,” tandasnya.
(praj/rafel)