Sinyalemen Yudi Latif, mantan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tentang “arus balik anti-intelektualisme”, perlu saya respons karena sangat serius. Aroma arus balik itu tercium keras oleh persekusi yang dialami oleh Neno Warisman di Batam dan Pekanbaru, lalu penghadangan Ahmad Dhani di Hotel Majapahit Surabaya. Bentrok antara massa pendukung #2019GantiPresiden dan kontranya juga terjadi di Surabaya pada Minggu (26/8/2018) yang lalu. Penghadangan anarkis ini dilakukan oleh para pendukung pemerintah saat ini.
Lalu saya teringat video viral beberapa waktu lalu yang menunjukkan sekelompok orang yang mengaku Alumni UI for Jokowi yang dipimpin politikus Ali Mochtar Ngabalin dengan menggalang gerakan 3L yaitu Lanjutkan, Lawan, Libas. Gerakan 3L ini menindaklanjuti pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya di depan relawan pendukung #Jokowi2Periode. Jokowi saat itu memgatakan “Kalau ada yang ngajak berantem, berani lawan”. Dalam video yang viral itu Ngabalin mengatakan “Kami alumni UI warga yang terpelajar”.
Saya menilai aksi Ngabalin dengan gerakan 3L nya dan penghadangan anarkis atas Neno Warisman dan Ahmad Dhani adalah bukti nyata sinyalemen Yudi Latif tentang arus balik anti-intelektualisme yang menguat sejak Jokowi terpilih Presiden. Saya menduga arus balik ini akan menguat dalam waktu dekat ini, terutama jika POLRI tidak bersikap netral.
Melalui tulisan pendek ini saya ingin menyatakan perasaan malu saya sebagai warga negara Indonesia yang hidup di kampus yang mungkin tidak sebaik UI. UI menyandang nama Indonesia. Namun salah satu alumninya yang menyebut dirinya warga terpelajar justru menjadi salah satu bukti kuat arus balik anti-intelektualisme ini. Setiap nama besar mengandaikan tanggung jawab yang besar juga. Nama besar bukan untuk gagah-gagahan apalagi untuk menakut-nakuti orang lain. Kalau peristiwa ini bukan tragedi peradaban bangsa ini, saya tidak tahu lagi apa namanya.
Surabaya, 29 Agustus 2018
DANIEL MOHAMMAD ROSYID
Guru Besar, Pelaku Peradaban dan tinggal di Surabaya