JAKARTA – Istana Negara didemo kembali oleh ratusan massa dari elemen masyarakat yang mengatasnamakan Gerakan Cinta Tanah Air Anti Korupsi (GERTAK) dan Koalisi Pemuda Keadilan. Mereka datang dengan membawa dua orang yang berwujud banci dengan wujud Surya Paloh (Ketua Umum Partai Nasdem) dan HM Prasetyo (Jaksa Agung RI) yang akan diserahkan ke Jokowi yang dinilai takut kepada Surya Paloh dan gengnya yang sedang diincar KPK terkait kasus korupsi Dana Bansos Provinsi Sumatera Utara.
Pada pidato di Rakernas PDIP (10/1) Jokowi menegaskan bahwa dirinya memiliki keberanian dalam memimpin negara ini, terutama dalam hal memberantas para koruptor. Tetapi GERTAK menilai hal tersebut sekedar “lip service” semata.
“Jokowi harus berani membenahi aparatur negara yang berani memperjualbelikan hukum, terutama orang-orang di sekelilingnya seperti HM Prasetyo dan Surya Paloh,” ujar Ahmad Kebakoran, koordinator GERTAK dalam orasinya di depan Istana Negara Jakarta, Senin (11/01/2016).
Ahmad menambahkan, sepantasnya Jokowi mampu membuktikan ucapannya dengan bertindak tegas pada adanya indikasi kuat keterlibatan Jaksa Agung dalam kasus Bansos Sumut yang melibatkan Gubernur nonaktif, Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya itu.
“Jokowi harus membuktikan dirinya berani dan bukan banci dengan berani menindak Surya Paloh yang jauh dari omongan restorasinya serta berani menindak HM Prasetyo jika benar mau mewujudkan Nawacitanya”, tegas Ahmad.
Karenanya, sambung Ahmad, pihaknya meminta Jokowi mencopot HM Prasetyo dari jabatannya sebagai Jaksa Agung serta meminta Presiden untuk perintahkan KPK mengambil alih kasus Dana Bansos Sumut untuk menghindari adanya konflik kepentingan.
“Jokowi harus buktikan dirinya bukan banci!” pungkas Ahmad mengunci orasinya.
(ar/bti)