Dibukanya peta Indonesia
Pulau Sumatera teteskan air mata
Pulau Jawa tak kalah duka
Kalimantan juga merana
Sulawesi pancarkan luka
Papua tak ingin bersua
Karno terkejut
Hatinya kecut
Apa yang terjadi?
Mengapa murung wahai pertiwi?
Peta memberi tanda
Gambar api dimana-mana
Di Aceh, gereja dibakar
Di Papua, Masjid dibakar
Di Jakarta, Vihara dibom
Aneka wilayah bersengketa
Merusak rumah ibadah
Syiah mengungsi di Sampang
Ahmadiyah mengungsi di lombok
Anak- anak menangis di sana
Ibu kita salah apa?
Remaja berpelukan tak mengerti
Mengapa mereka dipaksa pergi
Bukankah Tuhan itu urusan hati?
Peta itu juga bersuara
Melafalkan sebuah mantra
Yang dulu perkasa
Tapi kini terasa lara
“Berbangsa satu, bangsa Indonesia
Berbahasa satu, bahasa Indonesia
Bertanah air satu, tanah air Indonesia”
MAntra memang terdengar
Tapi tiada menggelegar
Semakin lemah
Kalah oleh suara api
Yang membakar hati
Yang membakar rumah ibadah
Karno terpana
Lama tak berdaya
Burung Garuda datang menghampiri
Masuk ke telinga menuju hati
Membisikkan langsung ke sanubari
“Saatnya Indonesia bersumpah kembali
Atau porak poranda ini negeri
Ngeri kali
Karno tak punya kuasa
Namun sangat ingin ia
INdonesia kembali ke khittah
Kembali ke asal
Kembali ke akar
Kembali ke Bhineka Tunggal Ika
Minyak wangi ia semprotkan ke peta
Agar hilang bau busuknya
Air mata ia seka di peta
Agar duka bertukar siaga
Ia bisikkan mantra kepada semua pulau
Dari Aceh hingga Papua
Semakin lama semakin keras
Semakin deras
“Berbangsa satu, bangsa tanpa diskriminasi
Berbahasa satu, bahasa tanpa diskriminasi
Bertanah air satu, Indonesia tanpa diskriminasi
Karno berharap
Peta itu bergerak
Gemakan Sumpah Indonesia
Kepada para penghuninya
Jakarta, 28 Oktober 2015
DENNY JA
Sastrawan dan penulis buku