
Surabaya, – “SPI merupakan prodi yang baru ada 5-6 semester mahasiswa, karena baru dibentuk dan baru dapat izin, maka kami dari LTN sebagai anak datang ke NU sebagai induk kami,” kata Kepala Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Ponorogo, Dr. Muchlis Daroini, saat melakukan studi banding ke Studio Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Jawa Timur terkait pengelolaan manuskrip sejarah, pada Selasa (24/12/2024).
Selain berdiskusi, kedua lembaga juga menjalin kolaborasi riset manuskrip dan digitalisasi manuskrip (podcast).
“Kami melakukan studi banding untuk kolaborasi riset manuskrip dari sisi konten dan filologi, termasuk digitalisasi manuskrip. Selama ini, kami sendiri belum menemukan format yang pas antara kajian sejarah dan bagaimana mengkomunikasikan sejarah ke ruang-ruang publik, karena itu kami ke LTN,” kata Muchlis Daironi.
Merespons harapan IAIN Ponorogo itu, Ketua LTN NU Jatim, H Helmy M Noor menegaskan bahwa ada dua sisi dari LTN yakni ta’lif (penulisan) dan nasyr (penerbitan), namun pihaknya tidak ingin kedua sisi LTN itu hanya bermakna mengamankan dan memburu manuskrip karya-karya klasik para ulama.
“Kami tidak ingin manuskrip hanya bermakna dokumen, tapi bagaimana sejarah atau dokumen bersejarah itu pun bermakna ajaran, terutama untuk generasi digital. Untuk manuskrip, pengurus lama LTN NU Jatim sudah menjalin kerja sama dengan lembaga Nahdlotut Turots di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan Madura dan kolaborasi ini akan terus berlanjut,” papar Helmy.
Namun, lanjut Helmy, LTN NU Jatim tidak hanya fokus pada manuskrip yang di Bangkalan mencapai 3.000-an kitab klasik, melainkan bagaimana manuskrip itu bermakna untuk publik agar masyarakat tidak hanya mengenal NU sebagai jam’iyah kemasyarakatan, namun juga merasakan ajaran NU untuk kehidupan sehari-hari, terutama di era digital.
“Sehingga NU semakin berkah bagi masyarakat, baik internal NU maupun eksternal NU,” tegas Helmy.
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua LTN NU Jatim Dr. H Chafid Wahyudi menambahkan bahwa Nahdlotut Turots yang berkembang sebagai lembaga khusus di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan itu bermula dari gagasan LTN dalam Muktamar di Lampung.”Tentu tujuannya, agar masyarakat tidak mencari naskah akademik keislaman dari Barat, sementara NU sendiri memiliki potensi yang besar dalam soal itu,” tukasnya.

Karena itu, lanjutnya, pihak LTN NU Jatim siap melakukan riset bersama dengan IAIN Ponorogo dan nantinya menjalin kolaborasi juga dengan Nahdlatut Turots di Bangkalan. “Hal ini penting, sekaligus dalam rangka mengembangkan sumber daya akademik yang mumpuni di bidang manuskrip keislaman sehingga dapat melahirkan kader muallif dan kader penulis Keislaman Nusantara, seperti Prof, Nadirsyah Hosein misalnya,” paparnya detail.
Turut hadir dalam diskusi studi banding delegasi IAIN Ponorogo yaitu Sekretaris LTN NU Jatim Taufik Roziqin, dan jajaran LTN NU Jatim Dr. HM Chafid Wahyudi dan Dr. HM Karomi, sementara Muchlis Daroini sendiri didampingi oleh Wadek III Dr. Iswahyudi M.Ag.
(rils/rafel)