Tuesday, February 11, 2025
spot_img
HomePendidikanSekolah Unggulan Prabowo Dinilai Belum Jelas, Guru Besar Unair: Kenapa Tidak Memperbaiki...

Sekolah Unggulan Prabowo Dinilai Belum Jelas, Guru Besar Unair: Kenapa Tidak Memperbaiki Kualitas Sekolah Yang Ada?

ilustrasi sekolah unggulan.

Surabaya, – Pemerintahn Prabowo Subianto melalui KemendiktiSaintek berencana membangun sekolah unggulan, SMA Unggulan Garuda, yang akan mempersiapkan siswanya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di universitas bergengsi. Sekolah Unggulan Garuda ini ditargetkan akan terbentuk sebanyak 20 sekolah hingga akhir masa pemerintahan Prabowo Subianto di tahun 2029 mendatang.

Namun, rencana tersebut belum-belum sudah mendapatkan tanggapan kritis. Salah satunya dari guru besar Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu. Menurut Pakar Sosiologi Pendidikan itu, pembangunan SMA Unggulan Garuda belum memiliki urgensi yang jelas.

“Kenapa belum memiliki urgensi yang jelas? Karena tidak didasarkan atas kajian yang mendalam serta data atau peta data pendidikan di Indonesia,” paparnya dalam keterangannya pada media ini.

Tuti -sapaan akrabnya- menjelaskan bahwa program SMA Unggulan Garuda terlalu ambisius dan prestisius, mengingat ia direncanakan dibangun di daerah perdesaan atau pelosok. Alih-alih membangun sekolah baru yang berkualitas, lanjut Tuti, pemerintah seharusnya meningkatkan kualitas sekolah yang sudah ada dan melakukan pemerataan pendidikan di semua jenjang sekolah.

“Dalam amatan saya, dari penjelasan Pemerintah melalui Menteri dan Wakil Menteri Dikti Saintek, ada kecenderungan argumentasi mereka tidak konsisten dan bahkan kontradiktif. Harus diingat, urusan membangun SMA bukan kewenangan KemendiktiSaintek, tapi kementerian pendidikan dasar dan menengah. SMA adalah ranahnya kementerian tersebut. Ini penting diingat,” tukasnya.

Apalagi, lanjut Tuti, ketika dipaparkan bahwa yang menjadi fokus adalah materi Science, Technology, Engineering, and Mathematics atau STEM dan bukannya ilmu sosial yang dapat menyebabkan turunnya jiwa sosial siswa.

Guru Besar Sosiologi Pendidikan Unair, Prof. Dr. Dra. Tuti Budirahayu, M.Si. (foto: Humas Unair for Cakrawarta)

“Kan jadinya tidak konsisten. Padahal Wakil Menteri Dikti Saintek mengatakan bahwa tujuan membangun sekolah unggulan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap masalah lokal. Ya kan?” ujarnya retoris.

Menurut wanita murah senyum ini, sangat tidak masuk akal, jika Sekolah Unggulan Garuda tidak memasukkan muatan-muatan ilmu sosial. Karena, lanjutnya, bagaimana bisa seorang siswa dapat memiliki kepekaan terhadap persoalan lokal di wilayah tempat mereka belajar, jika tidak diasah pengetahuannya tentang masalah-masalah sosial, budaya, dan politik.

“Jika benar demikian, tentunya semakin lama, jiwa sosial siswa akan semakin menurun,” tegasnya.

Kritik Tuti diperkuat dengan pernyataan pihak kementerian dimana Hal ini semakin Sekolah Unggulan Garuda dikatakan hanya akan menerima siswa yang unggul saja. “Kan jadinya kesan eksklusif lebih terasa. Ini akan membawa masalah baru bagi pendidikan di Indonesia yaitu munculnya kesenjangan, diskriminasi serta ketimpangan sosial,” tegas Tuti sekali lagi.

Karena itulah, menurut Tuti, jika memang tujuan pembangunan Sekolah Unggulan Garuda nantinya untuk menyiapkan para siswanya untuk berkuliah di universitas top dan bergengsi, pemerintah cukup mencari siswa yang mampu lalu diberikan bimbingan.

“Selain itu, daripada membangun sekolah baru, lebih baik jika dapat meningkatkan kualitas sekolah yang sudah ada. Program bridging bagi siswa SMA juga dapat dilakukan untuk mempersiapkan mereka masuk ke universitas top,” pungkasnya.

(pkip/rafel/tommy)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular