
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) mendesak dihentikannya operasi militer di tiga kampung di Kabupaten Intan Jaya, Papua, setelah menerima laporan dari Gereja Kemah Injil mengenai insiden yang melukai warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Dalam siaran persnya, PGI menyebut operasi militer terjadi pada Selasa (13/5/2025) dini hari, sekitar pukul 04.00 WIT, di Kampung Sugapalama, Jaintaapa, dan Ndugusiga—daerah yang terletak antara Distrik Sugapa dan Hitadipa. Serangan tersebut menyebabkan korban luka dan pengungsian massal warga gereja.
Seorang anak berusia 7 tahun bernama Minus Jegeseni dilaporkan mengalami luka di telinga akibat serpihan peluru, sementara seorang perempuan bernama Junite Zanambani juga terluka di lengan kanannya.
“Serangan bersenjata yang menyasar perkampungan masyarakat sipil dan berdampak pada warga gereja yang tidak bersalah adalah fakta yang tidak dapat diterima,” tegas PGI dalam pernyataannya. Mereka menilai tindakan tersebut berpotensi melanggar hukum dan HAM, khususnya terhadap kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
PGI menyerukan kepada Presiden RI, Panglima TNI, Kapolri, dan pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) untuk:
- Menghentikan seluruh aksi bersenjata di wilayah sipil guna mencegah jatuhnya korban.
- Memulihkan keamanan dan membuka akses bagi gereja dan lembaga kemanusiaan untuk mengevakuasi serta memulangkan warga yang mengungsi.
- Memfasilitasi dialog damai yang demokratis dan bermartabat antar pihak-pihak yang berkonflik, demi mewujudkan rekonsiliasi dan perdamaian di Papua.
PGI menutup pernyataannya dengan harapan agar penyelesaian masalah Papua dilakukan tanpa kekerasan, demi menjunjung martabat kemanusiaan dan keadilan bagi semua warga. (*)
Editor: Abdel Rafi



