Thursday, April 25, 2024
HomeGagasanPergeseran Makna Hari Valentine

Pergeseran Makna Hari Valentine

IMG-20160212-WA0003

Bulan Februari identik dengan bulan kasih sayang dan setiap tanggal 14nya diperingati sebagai Hari Valentine, dimana warna pink dan cokelat jadi bahasa-bahasa yang akrab. Bahkan sebuah toko bernama Silvia n Joe di Malang Jawa Timur menyatakan bahwa keuntungan penjualan cokelat bisa mencapai empat kali lipat ketika memasuki bulan Februari. Apa sebenarnya Hari Valentine dan kenapa harus cokelat yang menjadi menu wajib seperti ketupat di Hari Lebaran?

Hari Valentine, memiliki sejarah yang beragam. Terhitung ada empat sejarah yang simpang siur dan sulit untuk dipastikan kebenarannya. Namun sejarah paling dekat dengan aroma kasih sayang adalah sejarah seorang pendeta yang bernama Saint Valentine. Kisahnya memang kental dengan aroma percintaan.

Valentine merupakan seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad III. Saat itu peperangan menjadikan kebutuhan akan pasukan begitu tinggi. Namun demikian banyak yang enggan untuk berperang, karena memiliki keluarga dan anak. Sehingga Kaisar Claudius memunculkan ide gila, anak muda tidak boleh menikah. Tanpa pernikahan, anak muda pasti sudi berperang.

Pendeta Valentine menjadi pahlawan. Sebagai pendeta, ia mempunyai kewajiban menikahkan pasangan. Meski dilarang, ia tetap menikahkan anak muda secara rahasia. Malang, akhirnya ketahuan, tapi Pendeta Valentine tetap nekat demi menyalurkan kasih sayang dalam pernikahan. Bahkan pendeta tersebut mau memberkati pernikahan di atas kapal kecil yang hanya diterangi lilin.

Akhir episode, pendeta tersebut ditangkap dan dihukum penggal. Namun namanya pejuang, bukan malah dicaci maki, tapi kuburannya dikunjungi, bahkan penjaranya pun ramai didatangi oleh orang-orang dan melemparkan bunga sebagai wujud kasih sayangnya. Pemenggalan kepalanya diyakini terjadi pada tanggal 14 Februari, hal ini yang kemudian diperingati menjadi Hari Kasih Sayang, dan disebut dengan Valentine Day (ugiq.blogspot.co.id).

Jika berkaca pada sejarah, seharusnya tanggal 14 Februari adalah tanggal dimana pernikahan ramai dilaksanakan, demi mewujudkan kasih sayang. Jika Saint Valentine rela dipenggal demi menikahkan pasangan muda, maka seharusnya yang sedang dilanda asmara dan tanpa adanya larangan juga melepas masa lajangnya. Jika beragama Islam, maka dilaksanakan ijab kabul, jika beragama kristen datang ke pendeta. Hari valentine jika berkaca pada sejarah berarti memperjuangkan pernikahan.

Peringatan valentine yang beraroma kasih sayang pada akhirnya mencari pemanis, Cokelat. Memang secara penelitian, kandungan cokelat akan mengubah mood seseorang yang tadinya tidak mood, menjadi mood. Yang emosional menjadi turun emosinya (jpnn.com). Maka ketika kasih sayang juga berarti memberi, cokelat adalah pemberian terbaik di hari tersebut. Apalagi coklat tidak semahal cincin pernikahan.

Sayangnya, makna valentine day bergeser menjadi hari kasih sayang bagi muda-mudi yang belum menikah. Di Indonesia, yang paling akrab dengan tanggal 14 Februari hanyalah kaum muda yang maunya pacaran, tapi enggan menikah. Maunya enak, tapi tidak mau tanggung jawab. Sedangkan bagi yang sudah menikah, tanggal 14 Februari bukanlah hari spesial.

Maka bisa dilihat ketika tanggal 14 Februari, sangat banyak pasangan muda-mudi bergandengan tangan. Bagi mereka, makna valentine adalah hari di mana hubungan sebelumnya yang belum bergandengan tangan, boleh bergandengan. Yang belum bersentuhan boleh bersentuhan, bahkan ajaibnya ada juga yang rela melepaskan kehormatan. Aih, sebegitunya.

Laki-laki pencari kesempatan memahami benar pergeseran makna valentine Day ini. Maka mereka ramai-ramai untuk memanfaatkannya. Atas nama valentinee Day, mereka ingin merasakan sesuatu yang berbeda, yaitu sedikit lebih berani kepada perempuan dan mulai untuk berpetualang.

Yang unik, gadis juga mau diseruduk oleh laki-laki pencari kesempatan di hari valentine. Mau dipegang, mau dicium, bahkan mau untuk ditiduri. Padahal, selepas hari valentinee, laki-laki pergi mencari gadis lain. Ketika tidak mampu mengikat di pernikahan, perempuan akhirnya meluapkan emosi menjadi sedikit nakal. Makna valentine yang sebenarnya jadi hilang.

Dengan kata lain, valentinee hanya banyak dimanfaatkan oleh laki-laki yang tidak ingin menikahi. Wajar jika kemudian di hari valentine cokelat begitu marak terjual bahkan sampai empat kali lipat. Karena bermodal cokelat yang sepuluh ribuan, medapatkan sentuhan perempuan yang tidak terlupakan.

MA’MUN AFFANY
Penulis dan Pemerhati Dunia Remaja

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular