JAKARTA – Kian gencarnya nada kritis, protes dan permintaan untuk mengganti presiden/wakil presiden selama ini senantiasa dibaca sebagai pemakzulan. Akibatnya, presiden atau wakil presiden melalui perangkat yang dimiliki menjadi bereaksi berlebihan terhadap kritik atau nada protes yang muncul.
Padahal, jika dicermati persoalan pokoknya buka disana. Menurut Direktur Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta, M. Hatta Taliwang, yang menjadi pokok kritik selama ini adalah perbaikan sistem bukan perkara menurun atau menaikkan siapapun.
“Kalau Jokowi mau pelopori perbaikan sistem maka kita juga dukung. Terutama sistem kepemimpinan dalam mengelola negara,” ujar Hatta kepada Cakrawarta di Jakarta, Senin (26/10).
Hatta memberikan penjelasan bahwa dalam konteks partai politik misalnya, bisa belajar bagaimana sistem kepemimpinan begitu baik dijalankan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Sedahsyat apapun masalah yang menghantam mereka (kasus LHI, Kasus Gub Sumut) mereka tetap solid. Penggantian Presiden partai selalu mulus. LHI pergi, muncul Anis Matta, sekarang jarang yang tahu Anis sudah diganti oleh Shohibul Iman. Kaderisasi jalan terus, program jalan terus. Tidak tergantung pada kakek-kakek atau nenek sampai tua bangka di partai. Saya bukan sedang promosi PKS. Saya sedang bicara tentang sistem,” tegas anggota DPR RI periode 1999-2004 tersebut.
Menurut Hatta, jika sistemnya baik, maka Indonesia akan maju pesat. Ia mencontohkan bagaimana Malaysia bisa memiliki sistem yang baik sesuai budaya dan histori mereka. Sejak Tengku Abdurachman, Tun Razak, Husein Onn, Mahathir hingga Najib. Semua berjalan mulus.
“Malaysia maju luar biasa padahal dalam banyak hal mereka dulu belajar dan dibantu Indonesia. Sekarang Indonesia tertinggal dalam banyak hal dari negara-negara Asia Timur termasuk dari Malaysia. Ya salah satu sebabnya terlalu mendewakan figur tapi mengabaikan sistem,” imbuh tokoh asal Sumbawa, NTB itu.
Hatta mengharapkan ke depan Indonesia tidak tergantung pola dinasti atau tokoh-tokoh lama yang tak terbukti bisa membawa perbaikan dan kemajuan bagi bangsa.
“Ke depan kita tak perlu bergantung pada Ganjar, pada Puan, pada Jokowi lagi, atau pada SBY atau pada dinasti manapun. Indonesia harus bergantung pada sistem yang dibangun. Kalau masih dengan pola yang sekarang, wassalam Indonesia bubar,” pungkas Hatta.
(bti/bti)