
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Ancaman mikroplastik terhadap kesehatan manusia kini memasuki babak yang jauh lebih serius. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) menemukan bahwa mikroplastik tidak hanya menumpuk di tubuh para pekerja pemilah sampah, tetapi juga terdeteksi dalam air ketuban ibu hamil, darah, dan urine.
Temuan ini disampaikan oleh Lestari Sudaryanti, peneliti utama yang mengumpulkan sampel dari pekerja pemilah sampah di TPA Ngitik, Bawean, dan Wringinanom, serta sampel air ketuban dari ibu hamil yang diperiksa di sejumlah Puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Gresik. Kolaborasi analisis sampel darah dan urine dilakukan bersama NGO Wonjin asal Korea Selatan.
“Total ada 48 sampel air ketuban, dan semuanya positif mengandung mikroplastik,” ujar Lestari dalam keterangan yang diterima redaksi media ini, Rabu (26/11/2025). Ia menambahkan, mikroplastik pada urine juga ditemukan dengan jumlah partikel bervariasi, dihitung melalui mikroskop untuk menentukan jumlah partikel per mililiter.
Penelitian masih menunggu hasil identifikasi lengkap dari laboratorium Korea, tetapi analisis awal mengungkap bahwa mikroplastik yang ditemukan didominasi phthalates yaitu bahan kimia pada plastik lentur dan produk sekali pakai.
Lebih mencemaskan, partikel plastik tersebut juga membawa logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr), dan nikel, serta zat kimia berbahaya seperti naphthalene, fluorine, pyrene, dan styrene.
Mikroplastik dapat masuk melalui inhalasi, konsumsi, maupun penyerapan kulit. Begitu berada di aliran darah, partikelnya mampu menjangkau organ vital bahkan otak. “Plastik itu bersifat estrogenik. Ia memengaruhi metabolisme hormon dan meningkatkan risiko penyakit terkait estrogen, seperti PCOS,” jelas Lestari.
Penelitian pada pekerja pemilah sampah perempuan menunjukkan alarm serius yaitu 48% obesitas dan 17% gizi lebih yang berkorelasi dengan paparan mikroplastik dan gangguan metabolik. Paparan jangka panjang juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK); diabetes; hipertensi dan obesitas.
Bayi dalam Kandungan dan Lingkungan Penuh Mikroplastik
Temuan mikroplastik pada seluruh sampel air ketuban memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya pada janin. “Bayi menelan air ketuban. Jadi pasti ada dampaknya,” tegas Lestari.

Pemeriksaan Malon DLDH menunjukkan peningkatan kadar stres oksidatif pada sebagian sampel, namun penelitian lanjutan diperlukan untuk memetakan dampaknya secara penuh. Sebagian bayi lahir dengan berat badan normal, namun kasus berat badan lahir rendah mulai teridentifikasi.
Menurut Lestari, masyarakat dapat menekan dampak mikroplastik dengan cara mengonsumsi makanan tinggi serat dan antioksidan; membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan menghindari produk dengan microbeads yang umumnya ada pada skincare dan pembersih wajah.
Bagi masyarakat dengan risiko tinggi terutama pekerja di wilayah TPA, maka perlindungan ekstra sangat dianjurkan seperti penggunaan masker dan alat pelindung diri; cuci tangan menyeluruh dan kontrol kesehatan berkala.
“Perempuan yang bekerja di lingkungan penuh paparan plastik membawa risiko itu saat hamil. Janin dalam lingkungan dengan stres oksidatif tinggi akan mengalami dampak metaboliknya,” pungkas Lestari.(*)
Kontributor: PKIP
Editor: Abdel Rafi



