DENPASAR – Masyarakat Indonesia, khususnya usia muda gemar berkecimpung di industri kreatif dunia maya. Karya seperti aplikasi untuk smartphhone buatan anak muda Indonesia laris manis dipakai pengguna telepon pintar. Menteri Perindustrian, Saleh Husin melihat potensi ini terus berkembang di tengah ramainya pengguna perangkat telekomunikasi seluler.
Ia berharap peningkatan itu bisa menjadi peluang bagi pengembangan industri konten di Indonesia. Karakter industri yang terbuka di bidang ini memberi kesempatan pengembang, terutama generasi muda, termasuk mahasiswa untuk lebih banyak berkiprah.
“Untuk industri animasi, konten, khususnya subsektor permainan interaktif serta layanan komputer dan piranti lunak atau software, meskipun kontribusinya terhadap PDB masih kecil, tetapi industri ini memiliki potensi yang besar untuk berkembang,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di Denpasar, Selasa (11/8).
Tak hanya konten, produk animaasi juga termasuk kategori industri kreatif berpotensi besar. Karenanya, ia mendorong agar industri televisi memberi kesempatan bagi produk animasi karya anak bangsa berupa slot tayang. Menperin yakin hal itu turut mempercepat pengembangan industri kreatif hingga menembus industri film seperi Hollywood, industri periklanan dan multimedia global.
Secara nasional, geliat industri ini ditandai tingginya pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan dengan rata-rata di atas 10% per tahun selama periode 2010–2013. Bahkan kiprah para pelaku industri konten Indonesia sudah semakin mendapat pengakuan di dunia internasional dengan masuknya beberapa aplikasi nasional dalam Asia’s Top Fifty Applications.
Menperin menegaskan, industri kreatif merupakan salah satu pilar ekonomi nasional. Merujuk catatan BPS, pada 2013 sektor ini tumbuh 5,76% atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74%, dengan nilai tambah sebesar Rp 641,8 triliun atau 7% dari PDB nasional.
Dari 15 subsektor ekonomi kreatif, terdapat tiga subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDB, yaitu subsektor kuliner (Rp 209 triliun atau 32,5%), fesyen (Rp182 triliun atau 28,3%), dan kerajinan (Rp93 triliun atau 14,4 %).
(msa/bti).