Surabaya, – Namanya Muhammad Syarif Satriyo Samudra. Dia akrab dipanggil Satriyo. Ia sukses mengembangkan perusahaan di bidang budidaya akuakultur. Total dua perusahaan yang dia kelola yakni PT Rejeki Bintang Samudra dan CV Mulya Samudra Maju Abadi.
Satriyo yang ternyata adalah mahasiswa Universitas Airlangga, menyebutkan bahwa kedua perusahaannya memiliki keterkaitan. Pertama, PT Rejeki Samudra merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang operator tambak budidaya rumput laut gracilaria dengan menggunakan lahan yang terbengkalai di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.
Satriyo mengatakan bahwa dirinya memulai usaha ini sejak tahun 2020. Usaha itu bekerjasama dengan beberapa orang yang berada di Ciputra Entrepreneur Club. Ia menambahkan bahwa dirinya dan beberapa mitra kerja sama membagi tugas, mulai dari pengelolaan budidaya rumput laut hingga manajemen pemasaran.
“Salah satu motivasi terbesar saya adalah pesan dari almarhum ayah, untuk dapat memberikan kontribusi pengembangan usaha budidaya rumput laut di sekitar area Sidoarjo. Meskipun tidak mudah, saya mencoba terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan pemasaran dan pemanfaatan lahan kosong di sekitar area Sidoarjo,” ujar mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Senin (15/7/2024).
Satriyo menjelaskan bahwa selama proses pelaksanaan usaha, salah satunya tantangan dalam hal kontrol mental. Budidaya ini berkaitan dengan kondisi makhluk hidup, karena keberhasilan atau kegagalan itu tergantung pada makhluk budidaya yang dikelola. “Kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk berdoa agar terus diberikan kelancaran dalam pelaksanaan usaha,” paparnya.
Satriyo mengungkapkan bahwa ilmu yang didapatkan selama kuliah pada prodi akuakultur, langsung di implementasi dalam perusahaan yang dimilikinya. Rumput laut gracilaria memiliki keunggulan yakni masa panen yang singkat, sehingga memberikan manfaat perekonomian bagi para petani.
“Ilmu dan pesan dari dosen-dosen saya, bahwa sebagai mahasiswa akuakultur harus mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama kuliah melalui praktik budidaya secara langsung, sehingga tau kebenaran dari teori dan praktiknya. Meskipun saya masih aktif kuliah, saya harus pintar-pintar membagi waktu belajar dan keberlangsungan usaha yang saya jalankan,” imbuhnya.
Karena itu, Satriyo berpesan kepada seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa akuakultur untuk berani melaksanakan praktik. Potensi di Indonesia sebagai negara maritim, harus dimaksimalkan untuk dijadikan budidaya hasil pangan dari sektor kelautan.
“Selagi masih menjadi mahasiswa, jangan malu untuk membuat usaha, terlebih lagi dalam hal budidaya sektor akuakultur, kalau bukan dari diri kita siapa lagi yang akan menjaga potensi di Indonesia,” pungkas Satrio.
(khefti/rafel)