Monday, November 3, 2025
spot_img
HomeSosokMahasiswa UNAIR Asal Banyuwangi Ini Ciptakan AI Penyelamat Hiu, Lahir dari Usaha...

Mahasiswa UNAIR Asal Banyuwangi Ini Ciptakan AI Penyelamat Hiu, Lahir dari Usaha Budidaya Lele

Oka Bayu Pratama tengah memegang Hiu Martil yang dilindungi di sebuah Pelabuhan di Banyuwangi beberapa waktu lalu. (foto: dokumen pribadi)

BANYUWANGI, CAKRAWARTA.com – Dari sebuah kolam lele di sudut kampung Banyuwangi, lahir inovasi besar yang kini menarik perhatian nasional.
Adalah Oka Bayu Pratama, mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR), yang berhasil menciptakan SeeShark, aplikasi berbasis artificial intelligence atau akal imitasi (AI) untuk melindungi populasi hiu Indonesia dari ancaman kepunahan.

Yang membuat kisah ini begitu menginspirasi, SeeShark bukan dikembangkan dari dana riset besar atau laboratorium mewah, melainkan dari keuntungan hasil budidaya lele yang Oka jalankan sendiri di desanya.

Oka, pemuda kelahiran 2001 asal Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, adalah mahasiswa Program Studi Akuakultur, Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga. Dengan latar belakang keahlian di bidang AI, IoT, dan Web Development, ia membangun SeeShark dari nol dan membiayai seluruh prosesnya dari modal pribadi hasil panen lele.

“Untuk turun ke pelabuhan, melatih model AI, dan mengumpulkan data lapangan, semua saya biayai dari usaha budidaya lele. Tidak ada sponsor, tidak ada hibah, hanya kemauan dan tekad,” tutur Oka saat ditemui di Banyuwangi, Senin (3/11/2025).

Latar belakang kelahiran SeeShark, lanjutnya, berawal dari keprihatinan mendalam.
Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman spesies hiu tertinggi di dunia yaitu 114 spesies dari total 500 spesies hiu global hidup di perairan Nusantara. Namun ironinya, Indonesia juga tercatat sebagai negara penangkap hiu terbesar di dunia, dengan rata-rata 110.000 ton tangkapan per tahun.

“Saya sering turun ke pelabuhan seperti Muncar, Lamongan, dan Lombok Timur. Banyak petugas enumerator kesulitan mengidentifikasi hiu karena kondisinya sudah terpotong-potong, hanya sirip atau kulit. Data akhirnya tidak akurat,” jelas Oka.

Praktik seperti pemotongan sirip untuk efisiensi ruang penyimpanan (finning), membuat spesies hiu sulit dikenali dan memperburuk krisis identifikasi yang melemahkan kebijakan konservasi nasional. “Bagaimana kita bisa melindungi hiu kalau kita bahkan tak tahu spesies apa yang ditangkap?” ujarnya.

SeeShark: Teknologi AI Penyelamat Laut

Berangkat dari persoalan itu, Oka menciptakan SeeShark, aplikasi berbasis AI yang mampu mengidentifikasi spesies hiu hanya dari potongan tubuh atau kulitnya dengan tingkat akurasi 95,3%. Aplikasi ini dilatih menggunakan 9.600 data foto dari 10 spesies hiu paling rentan, dan bekerja dengan sistem deep learning.

Lebih dari sekadar identifikasi, SeeShark juga menampilkan status konservasi dari IUCN serta perlindungan CITES secara otomatis, memberi peringatan langsung bagi petugas pengawasan bila spesies tersebut termasuk kategori terancam punah.

Proyek ini telah diuji coba di tiga pelabuhan utama yaitu Banyuwangi, Lamongan, dan Lombok Timur, dengan hasil lebih dari 1.000 gambar hiu berhasil diidentifikasi secara akurat. Kini, SeeShark telah memperoleh dua Hak Cipta, satu permohonan Hak Paten, dan validasi teknis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Oka mengembangkan SeeShark di bawah payung organisasi kepemudaan Garda Lestari, yang mengusung filosofi “Kelestarian Sejati Dimulai dari Kesejahteraan.”

foto hasil identifikasi Hiu di aplikasi SeeShark yang dibuat oleh mahasiswa UNAIR, Oka Bayu Pratama. (foto: dokumen pribadi)

Menurut Andri Saputra, Ketua Garda Lestari, teknologi seperti SeeShark adalah jembatan antara ekonomi dan ekologi. “Kami ingin teknologi ini menjadi alat pemberdayaan bagi nelayan dan petugas lapangan. Dengan data akurat, pengelolaan laut bisa lebih adil dan berkelanjutan,” ujarnya.

Selain di bidang maritim, Garda Lestari juga aktif mengembangkan proyek ekonomi hijau kehutanan seperti Kampung Aren (Si Macan) yang memberdayakan masyarakat Banyuwangi melalui hilirisasi nira aren. “Kami percaya kesejahteraan dan konservasi bisa berjalan seiring, bukan saling meniadakan,” tambahnya.

Dari Banyuwangi ke Panggung Nasional

Perjuangan Oka yang berawal dari kolam lele kini mengantarkannya ke panggung nasional. Inovasi SeeShark berhasil masuk sebagai 10 Finalis Nasional 16th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2025 kategori Teknologi Tepat Guna.

Dari 17.708 peserta di seluruh Indonesia, karya Oka berhasil menembus jajaran 10 besar berkat kontribusinya terhadap konservasi laut dan inovasi berbasis teknologi lokal. Kini, ia tengah mengikuti tahapan penjurian akhir, dan publik dapat memberikan dukungan melalui voting daring di situs resmi astra.co.id hingga Selasa (4/11/2025) besok.

“Saya hanya ingin menunjukkan bahwa anak muda daerah juga bisa melahirkan inovasi besar. Laut kita terlalu indah untuk dibiarkan rusak tanpa upaya,” ujar Oka dengan mata berbinar.

Dari empang lele di Banyuwangi, lahir teknologi AI penyelamat hiu Indonesia. Kisah Oka Bayu Pratama, mahasiswa UNAIR yang sederhana tapi visioner, menjadi bukti bahwa inovasi tak selalu lahir dari gedung tinggi dan modal besar tapi dari tekad, empati, dan cinta pada laut negeri sendiri.(*)

Kontributor: Bachtiar Dj

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular