Friday, October 4, 2024
spot_img
HomeEkonomikaKrisis Sektor Migas, Indonesia Dinilai Butuh Wantannas

Krisis Sektor Migas, Indonesia Dinilai Butuh Wantannas

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean.
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean.

JAKARTA – Terjunnya harga minyak dunia hingga hari ini menyentuh level terendah dalam kurun 6 tahun terakhir yakni pada harga USD 38/barel dinilai sebagai ancaman serius bagi BUMN Migas kita. Penurunan harga tersebut bukan berkah bagi negara tapi merupakan bencana. Demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Selasa (25/8) dalam keterangan tertulisnya kepada Cakrawarta.

“Penerimaan negara dari sektor migas tentu akan menurun dan semakin tidak bisa mencapai target. Ini tentu berdampak serius bagi APBN yang memang juga sedang kritis” ujar Ferdinand.

EWI, meminta pemerintah dan BUMN Migas khususnya Pertamina dan PGN untuk melakukan langkah serius mengantisipasi kemungkinan terburuk dari terus menurunnya harga komoditi tersebut. Menurut Ferdinand, harga minyak dunia masih akan terus turun, sementara harga produksi masih sangat mahal bahkan berada diatas harga jual minyak dunia sekarang.

“Artinya biaya produksi lebih mahal dari harga pasar, ini bahaya bagi stabilitas negara. Pertamina bisa makin merugi kedepan dengan penurunan harga ini dan bisa berdampak serius pada keruntuhan BUMN Migas kita jika tidak disiapkan langkah serius mengantisipasi ini. Dan bila BUMN Migas kita terguncang tentu akan mengganggu kinerja dan distribusi BBM keseluruh nusantara. Gangguan distribusi akibatnya akan terjadi kekacauan nasional, jangan sampai hal ini terjadi,” sambungnya.

Melihat situasi tersebut, Ferdinand menyatakan bahwasanya sangat mendesak untuk pengaktifan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) seperti yang pernah disampaikan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono sebelum lebaran bulan lalu.

“Sepertinya sangat masuk akal bahwa Wantannas harus segera diaktifkan untuk bisa melakukan perkiraan cepat terhadap situasi yang berfluktuasi sangat cepat, jangan sampai terlambat mengambil keputusan, nasib bangsa sedang dipertaruhkan dengan terus meroketnya nilai tukar Dolar terhadap Rupiah, sementara kegiatan ekonomi kita masih stagnan dan jalan ditempat,” pungkasnya.

(fh/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Most Popular