SURABAYA – Pengamat politik dan isu keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menyatakan bahwa negara wajib hadir guna memberikan harapan pada korban terdampak Gempa Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Menurut alumnus FISIP Unair itu, per hari ini, Selasa (14/8/2018) saja, paling tidak terdapat 1000 rumah yang rusak berat dan seharusnya sudah mendapatkan bantuan. Kemudian langkah selanjutnya, distribusi bantuan harus terus berlanjut hingga seluruh keluarga terdampak menerima bantuan, tanpa ada yang terlewat. Kemudian baru soal fasilitas penunjang perekonomian, pendidikan dan kesehatan yang harus segera diperbaiki dan dipulihkan aktivitasnya.
“Memastikan semua keluarga terdampak menerima bantuan itu tak mudah, pun juga prioritasnya. Penting bagi semua pihak mengawal pelaksanaan di lapangan agar tak menimbulkan masalah,” ujar Khairul Fahmi kepada redaksi cakrawarta.com, Selasa (14/8/2018) melalui layanan Whatsapp.
Fahmi menambahkan bahwa Lombok merupakan daerah yang memang rawan gempa bumi, sehingga menurutnya penting mendorong pemanfaatan konstruksi bangunan tahan gempa agar dampak kerusakan dapat diminimalisir jika terjadi bencana di kemudian hari.
“Memulihkan aktivitas perekonomian tak semudah diucap. Harus ada skema yang jelas mulai dari penyiapan pasar darurat, ketersediaan barang dan memastikan daya beli. Pulau ini menggantungkan hidupnya sebagian besar dari pariwisata. takkan ada daya beli tanpa pemulihan sektor pariwisata. Jangan biarkan ketidakpastian di sektor ini berlangsung lama,” papar pria yang juga maju Pileg 2019 mendatang dari Dapil Bali ini.
Politikus PAN ini menjelaskan langkah strategis yang paling realistis saat ini adalah dengan memperkuat promosi sisi selatan, membuka destinasi alternatif, memulihkan sektor ekonomi kreatif, dan tentu saja menyasar pasar yang paling potensial dengan menjual apa yang disebut sebagai “moslem friendly destination” alias pariwisata halal.
Terakhir, menurut pria asal Lombok ini, hingga masa rehabilitasi dan rekonstruksi selesai, masih akan banyak anak-anak yang hidup di pengungsian. Karenanya penting memastikan anak-anak ini tetap terpenuhi hak-haknya untuk tetap sehat, dapat belajar dan bermain tanpa harus menunggu sekolah dan rumah mereka dapat dibangun kembali.
“Ini bencana lokal dengan dukungan nasional. Harap maklum jika rasanya mungkin nano-nano. Akan baik jika semangat kemandirian ditumbuhkan, kearifan lokal dikedepankan, sebagaimana para sesepuh kita memulihkan diri dan mewariskan semangat untuk terus maju,” tandasnya mengakhiri keterangan.
(bus/bti)