
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Dalam pusaran dinamika politik nasional yang penuh intrik dan tarik ulur kekuasaan, muncul suara jernih yang menyuarakan harapan: suara nurani dari Timur Indonesia. Dr. Rahman Sabon Nama, tokoh bangsa asal Adonara, Nusa Tenggara Timur mengutarakan sikap politiknya secara terbuka dengan satu tujuan: mereformasi institusi Polri dari dalam, dengan memulai dari pucuk pimpinan.
Dengan hati-hati tapi penuh keyakinan, ia menyampaikan rekomendasi yang berani—mengusulkan nama Komjen Pol. Nico Afinta, jenderal muda bintang tiga yang merupakan lulusan Akpol 1992, sebagai Kapolri baru pengganti Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Saya merekomendasikan Komjen Nico Afinta untuk dipertimbangkan oleh Bapak Presiden Prabowo sebagai Kapolri. Ini bukan sekadar usulan politik, ini adalah suara hati yang lahir dari keinginan untuk melihat Polri lebih profesional, bersih, dan dicintai rakyat,” ujar Rahman -sapaan akrabnya dengan nada yang sarat keprihatinan, pada media ini, Selasa (6/5/2025).
Nama Komjen Nico bukan tanpa kontroversi. Ia pernah menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur dan dikenal sebagai jenderal muda dengan rekam jejak strategis. Namun, kariernya sempat tersentak oleh tragedi Kanjuruhan—tragedi yang menelan lebih dari seratus nyawa. Banyak pihak kala itu mempertanyakan peran Nico. Namun, menurut Dr. Rahman, kenyataannya tidak sesederhana itu.
“Dari informasi yang saya peroleh, beliau sebenarnya dijadikan tumbal atas kebijakan dari Jakarta. Ada perintah-perintah yang berada di luar kapasitasnya. Tetapi ia tidak melawan, tidak menyalahkan. Ia menanggung semuanya dalam diam. Bagi saya, itu bentuk integritas yang langka,” ungkap alumnus Lemhanas RI itu.
Rahman meyakini bahwa Komjen Nico memiliki keberanian moral dan kapasitas strategis untuk memimpin Polri menuju transformasi. Ia bukan hanya perwira tinggi berpengalaman, tetapi juga pribadi yang dinilai bersih dari berbagai penilaian lembaga.
“Indonesia membutuhkan pemimpin Polri yang tidak hanya cakap, tapi juga bersih dan memiliki komitmen kuat untuk reformasi. Sosok muda dari Jawa Timur dengan darah Sumatera Utara ini punya potensi besar untuk melakukan perubahan itu,” ucapnya.
Rekomendasi Rahman yang juga Ketua Umum Partai Daulat Kerajaan Nusantara (PDKN) ini, bukan semata sikap politik. Ini adalah suara nurani dari putra daerah timur negeri yang memandang Polri bukan hanya sebagai institusi penegak hukum, tetapi sebagai wajah negara di mata rakyat.

“Ini bukan soal jabatan. Ini soal siapa yang bisa memulihkan kepercayaan rakyat terhadap hukum. Saya titip harapan, agar Polri di bawah kepemimpinan baru bisa kembali ke khitahnya: sebagai pengayom, bukan pengancam,” tuturnya dengan nada berat.
Dalam politik, suara nurani kerap ditenggelamkan oleh kalkulasi kekuasaan. Namun kali ini, dari seorang putra Adonara yang menyaksikan sendiri bagaimana hukum seringkali memihak yang kuat, suara itu lantang terdengar.
Usulan Rahman Sabon Nama menjadi cermin: bahwa di tengah kegaduhan, masih ada yang berpikir untuk menyembuhkan. Dan barangkali, Kapolri yang bersih dan berani bukan hanya harapan—tetapi keniscayaan yang sedang dititipkan pada nama: Nico Afinta.
(Syahril/Rafel)