Sunday, October 26, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiKesehatanHampir 2 Juta Warga Jakarta Kena ISPA, REKAN Indonesia: Udara Bersih Bukan...

Hampir 2 Juta Warga Jakarta Kena ISPA, REKAN Indonesia: Udara Bersih Bukan Lagi Hak, Tapi Jadi Kemewahan!

Ilustrasi.

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Langit Jakarta kian sesak. Bukan hanya oleh gedung pencakar langit dan lalu lintas yang tak pernah tidur, tapi juga oleh udara kotor yang kini membuat hampir dua juta warganya jatuh sakit. Data Dinas Kesehatan DKI mencatat, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) melonjak tajam sejak pertengahan tahun, sebuah sinyal darurat yang menggambarkan rapuhnya kesehatan publik dan kualitas lingkungan hidup ibu kota.

“Ini bukan sekadar urusan medis,” tegas Adi Sulistio, Sekretaris Wilayah Relawan Kesehatan (REKAN) Indonesia DKI Jakarta, Minggu (26/10/2025) dini hari. “Hampir dua juta orang terkena ISPA bukan karena virus semata, tapi karena kegagalan sistemik mengelola kota. Udara kita sudah tidak layak dihirup, dan pengawasan terhadap sumber polusi nyaris mandul.”

Selama bertahun-tahun, Jakarta hidup di bawah langit kelabu. Indeks kualitas udara hampir setiap hari bertengger di level tidak sehat. Asap kendaraan bermotor, emisi industri, dan debu proyek pembangunan berpadu menjadi racun yang perlahan menekan daya tahan tubuh jutaan warga.

Dampaknya kini terasa nyata. Puskesmas dan klinik-klinik kewalahan menampung pasien dengan keluhan batuk, sesak napas, hingga demam berulang. “Tubuh manusia punya batas,” kata Adi. “Kalau tiap hari menghirup racun, lama-lama sistem imun kolaps. ISPA hanya gejala permukaan dari krisis ekologis yang lebih dalam.”

Adi menilai penanganan kesehatan tanpa keberanian memperbaiki lingkungan hanyalah solusi sementara. “Kalau pendekatannya masih kuratif dimana menunggu orang sakit baru diobati, angka ini akan terus berulang,” ujarnya.

Ia menyerukan langkah ekologis yang tegas: pembatasan kendaraan pribadi, perluasan ruang terbuka hijau, serta pengendalian emisi industri yang konsisten. “Pemerintah harus berani melawan kenyamanan jangka pendek demi keberlanjutan hidup warganya,” katanya.

Lebih jauh, Adi menyoroti lemahnya komitmen politik terhadap udara bersih. Menurutnya, pemerintah belum memperlakukan udara bersih sebagai hak dasar warga negara.

“Kita sering bangga bicara investasi dan infrastruktur, tapi lupa: setiap hari warga Jakarta menghirup racun. Udara bersih itu hak asasi, bukan fasilitas tambahan,” ujarnya tegas.

Lonjakan kasus ISPA, kata Adi, harus dibaca sebagai alarm keras tentang arah pembangunan Jakarta. “ISPA adalah bahasa tubuh dari kota yang sakit. Jika sekarang tidak ada pembenahan serius, lima tahun lagi kita akan berhadapan dengan ledakan penyakit paru-paru kronis dan jantung,” katanya.

Hampir dua juta penderita ISPA bukan sekadar angka di tabel statistik. Di balik batuk dan napas pendek jutaan warga, tersimpan peringatan yang tak bisa diabaikan: bahwa di tengah kemajuan beton dan jalan tol, hak paling sederhana manusia untuk bernapas dengan udara bersih, telah menjadi kemewahan di kota yang lupa menjaga ruang hidupnya sendiri.(*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular