Thursday, April 25, 2024
HomePolitikaFahd BAPERA: Stop Hoaks Dengan Perkuat Literasi Dan Saring Sebelum Sharing!

Fahd BAPERA: Stop Hoaks Dengan Perkuat Literasi Dan Saring Sebelum Sharing!

Ketua Umum DPP BAPERA Fahd El-Fouz A Rafiq. Ia mengatakan bahwa darurat hoaks hanya bisa diatasi dengan memperkuat literasi dan saring sebelum sharing. (foto: istimewa)

JAKARTA – Episode pertama Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga itu karena hoaks yang dilancarkan iblis. Informasi menarik tersebut memang tampak manis dan menjanjikan tapi sesungguhnya dusta dan palsu. Karena kenyataannya pas pohon keabadian itu didekati dan memakan buahnya (Khuldi)  justru keduanya dikeluarkan dari Surga,” ucap H. Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta pada media ini ketika ditanya terkait kian merebaknya kembali hoaks-hoaks terutama di tahun politik seperti saat ini.

Ketua Umum DPP BAPERA itu mengatakan, setan melancarkan cara licik untuk menjerumuskan manusia agar berbuat durhaka kepada Tuhan. Mengutip dari Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya At-Tahrir wa Tanwir bahwa nama indah “pohon keabadian” sengaja diciptakan setan untuk mengundang daya tarik serta mengelabui manusia yang memang punya kecenderungan untuk bisa hidup bertahan lama.

Dengan kata lain, nama pohon keabadian merupakan  bagian dari skenario hoaks agar Adam terjerumus dalam tipuannya. Episode selanjutnya, Adam dan Hawa keluar dari kenikmatan dan kemuliaan surga lalu tinggal di bumi. Usai sadar bahwa dirinya tergelincir oleh hoaks karena rayuan manis Iblis, Adam dan Hawa segera bertaubat.

Lebih lanjut Fahd menambahkan, sama dengan hoaks yang mewabah di masyarakat Indonesia pasti ada yang menggiring.

“Mengapa merebak? Karena lemahnya budaya baca secara fisik menggunakan buku lalu beralih ke budaya baca digital dan disinilah letak permasalahannya sehingga potongan kalimat yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan salah tafsir,” papar Fahd.

Ironisnya, jika berita kebohongan terus-menerus disebarkan secara masif seolah akan menjadi benar maka berita bohong itu berpotensi menjadi “kebenaran” yang kemudian dipercaya masyarakat.  Di sisi lain, Fahd menilai budaya membaca buku digital memerlukan kemampuan literasi yang kuat.

“Dan masyarakat Indonesia masih sangat rentan, karena belum mampu memilah dan memilih informasi yang tepat sesuai kebutuhan,” ungkapnya.

Karenanya,membaca buku secara fisik lebih disarankan oleh putra penyanyi dangdut ternama A Rafiq itu, dikarenakan akan membawa karakter yang tidak mudah percaya dengan kiriman informasi serta memiliki rasa penasaran.

“Budaya membaca buku fisik membuat kita jauh lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berusaha mencari benang merah yang dibacanya. Karena buku fisik itu jauh lebih proper setelah melewati serangkain proses dan prosedur,” ujarnya.

Ironi masyarakat Indonesia di tengah merebaknya hoaks, menurut Fahd, diperparah dengan tradisi pitutur atau bercerita. Jika dahulu, kisah atau cerita secara turun-temurun soal legenda dan kisah unik lainnya, maka mirisnya, saat ini jika berkumpul lebih ke arah bergosip ria, apalagi pembicaraannya tak ada tendensi kuat dan sumber yang kuat sehingga bisa memunculkan hoaks.

Fahd memaparkan kekurangan membaca buku secara digital biasanya yang dibaca hanya poin-poin penting atau sepotong sepotong.

“Karakter masyarakat Indonesia yang memiliki budaya pitutur menjadi alasan kuat masyarakat Indonesia mudah terserang hoaks atau berita palsu. Selain itu masyarakat Indonesia lebih percaya jika mendapatkan informasi dari orang terdekat,” tutur Mantan Ketum PP AMPG ini.

Karena itu, Fahd meminta masyarakat agar berhati-hati dengan judul berita provokatif, perlu mencermati alamat situs apakah abal-abal atau tidak.

“Mengapa penanggulangan hoaks perlu dilakukan? Karena hoaks berpotensi menimbulkan konflik,” ujar mantan Ketum DPP KNPI itu.

Karenanya, Fahd memberikan tips agar terhindar dari menyebarkan hoaks atau berita palsu. Pertama, tahan diri agar tidak memiliki rasa eksklusif hanya karena keinginan menjadi penyebar berita pertama dan perasaan ingin tampak keren dengan menjadi pihak pertama itu.

Trik selanjutnya, Fahd menjelaskan ketika  mendapatkan informasi yang ganjil untuk mendiamkan sejenak, kemudian melakukan penelusuran melalui sumber atau portal terpercaya.

“Kita jangan ikutan tren yang berkembang! Karena saat ini, kita harus bertanggung jawab dengan apa yang jari kita lakukan,” ucapnya.

Fahd menegaskan bahwa hoaks itu bukan sekadar berita bohong, melainkan lebih dari itu yakni hoaks adalah bisnis.

“Yaitu bisnis untuk mendulang uang. Hoaks dibuat demi memenuhi kebutuhan perut. Dan penyakit itu kini mewabah nyaris tak terperi,” sesalnya.

Mengutip data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Fahd memaparkan bahwa pada akhir 2016 terdapat sedikitnya 800 situs yang diduga menjadi produsen virus hoaks, berita palsu dan ujaran kebencian dan menurut Fahd, di 2023 ini pastinya lebih banyak situs hoaks yang beredar.

“Jika hal ini terus dibiarkan bisa menghancurkan persatuan NKRI dan meruntuhkan tatanan demokrasi. Jangan sampai perilaku mirip Iblis kepada Adam dan Hawa, menjadi teladan bagi manusia sekarang, sehingga antar saudara sebangsa dan setanah air pun harus saling memusuhi dan menjatuhkan. Tidak boleh terjadi, karenanya mulai sekarang stop hoaks dengan meningkatkan literasi dan saring sebelum sharing,” tandas Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar itu mengakhiri keterangannya,

(asw/bus/bti)

RELATED ARTICLES

9 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular