Saturday, November 1, 2025
spot_img
HomeSosial BudayaDua Napas, Satu Keresahan: Ketika Kanvas Bicara Tentang Dunia yang Lupa Diri

Dua Napas, Satu Keresahan: Ketika Kanvas Bicara Tentang Dunia yang Lupa Diri

Agus Wicak dengan lukisan karyanya dalam pameran di Ruang Pendhapa Art Space, Sewon, Yogyakarta, Sabtu (19/7/2025). (foto: Jafar Bua)

YOGYAKARTA, CAKRAWARTA.com – Sore itu, langit Sewon mulai meredup, namun ruang Pendhapa Art Space justru menyala, bukan oleh lampu sorot, tapi oleh energi dua seniman muda yang sedang bicara lantang melalui karya mereka. Agus Wicak dan Zakimuh, dua nama dengan pendekatan berseberangan, hadir lewat pameran tunggal bertajuk “BIO DIVERSITY” dan “PARODI” yang digelar 19 Juli hingga 1 Agustus 2025.

Tak sekadar pajangan seni, karya-karya mereka terasa seperti dua paru-paru yang sama-sama berjuang menghirup udara zaman yang kian sesak, oleh abai, oleh rakus, oleh lupa.

Pameran ini resmi dibuka oleh kolektor dan pemerhati seni rupa kontemporer, Gunadi Karjono, yang mengawali sambutannya dengan sapaan lintas iman,
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.”

Gunadi mengajak hadirin melihat seni rupa bukan sebagai “hiasan dinding atau pengisi galeri”, tapi sebagai penjaga ingatan kolektif, cermin identitas budaya, dan benteng pertahanan lunak bangsa.

“Apa yang ditampilkan Agus Wicak adalah identitas bangsa. Ia bagian dari mozaik nasional yang ikut memberi warna dunia,” ujarnya lantang.

Sunyi di Kanvas, Nyaring di Hati

Di sisi pertama, karya-karya Agus Wicak menghadirkan lanskap-lanskap kehilangan yang dituturkan dengan kelembutan nyeri. Burung endemik yang terbang melintasi reruntuhan, sawah yang tergantikan deret beton, langit yang kehilangan suara cuit.

Karya utamanya, Langit yang Tak Kembali, memperlihatkan seekor cenderawasih bersayap terlipat berdiri di atas puing ruko tak rampung. Di belakangnya, menara bor dan kabel listrik bersilang seperti luka.

“Saya ingin menangkap senyap yang datang diam-diam, saat kita sibuk membangun tapi lupa siapa yang dulu tinggal di sini,” kata Agus lirih.

Kurator Heri Kris menyebutnya sebagai “permenungan ekologis yang menjelma simbol-simbol spiritual”, karya-karya yang tak hanya bicara tentang burung, tetapi tentang kita yang perlahan tercerabut dari akar ekologis.

Tertawa Pedih, Menyentil Zaman

Bergeser ke sisi lain, dunia Zakimuh tampil meledak. Melalui satir pop dan visual absurd, ia menyodorkan tawa yang getir. Manusia berkepala ponsel, meja makan penuh gadget, hingga ikon Wi-Fi sebagai halo suci di kepala.

Dalam karya Tuhan Datang Lewat Notifikasi, Zakimuh memperlihatkan manusia bersujud di hadapan layar raksasa, seolah pencarian spiritual telah digantikan koneksi internet.

“Orang lebih mudah tersadar setelah tertawa. Ketimbang dimarahi, lebih baik dicubit dengan humor,” ujarnya santai.

Namun di balik tawa, kritik Zakimuh tajam: tentang gaya hidup urban yang melupakan akar, tentang alam yang rusak karena kerakusan, dan tentang manusia yang merasa paling penting, padahal paling rapuh.

Dua Dunia, Satu Jeritan

Kontras keduanya justru melahirkan harmoni yang menggugah. Satu mengajak hening, satu mengajak tersenyum getir. Tapi keduanya satu suara: dunia sedang tidak baik-baik saja.

“Mereka adalah dua suara dari ruang yang sama, ruang yang penuh polusi, suara mesin, dan kesepian ekologis,” kata Heri Kris.

Pameran ini bukan tentang kagum pada teknik atau bingung mencari makna. Ini tentang berhenti sejenak dan bertanya: ke mana burung-burung itu pergi? Di mana hutan yang dulu hijau? Dan apakah kita masih mengenal dunia yang dulu melahirkan kita?

Gunadi Karjono menutup sambutannya dengan pernyataan yang menggema di kepala banyak tamu:

“Ketika pelukis mencipta, mereka tidak sekadar menggambar. Mereka merekam sejarah, menyuarakan kritik, dan membentuk kesadaran yang tak bisa digantikan oleh pidato politik atau lembar undang-undang.”

Dan benar. Kadang, seni bicara lebih dulu sebelum bencana benar-benar mengetuk pintu.(*)

Kontributor: Jafar Bua

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular