Trenggalek, – Pada Sabtu (10/8/2024) telah dilaksanakan mini-series seminar Literasi Digital dan Good Governance oleh Universitas Airlangga, UPN Veteran Jawa Timur dan Yayasan Abyakta Acitya Bhumi (Akta Bumi). Hal ini adalah upaya mencegah buta literasi digital pada masyarakat desa. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa Tegaren, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Desa Tegaren dan juga jajaran staf pemerintah Desa Tegaren. Dalam sambutannya, Kepala Desa Tegaren, Heri Supriyanto mengatakan bahwa di desanya memang sangat minim literasi digital karena ada beberapa faktor yang menjadi penghalang seperti faktor usia, faktor geografis dan juga faktor pendidikan.
“Warga desa memang sulit untuk memahami literasi digital, namun saya berharap dengan adanya pendampingan pelatihan ini menjadi ajang untuk warga desa semakin memperkuat literasi digital dan mudah menemukan pekerjaan lewat medsos,” ujar Heri Supriyanto.
Warga desa memang dikenal memiliki literasi digital yang sangat minim, sehingga tak jarang warga desa juga mendapati penipuan di media sosial (medsos) karena ketidaktahuan mereka tentang teknologi dan dengan mudah dibohongi pihak yang tidak bertanggung jawab. Faktor utama dari hal tersebut yakni minimnya SDM yang dimiliki warga desa dan kurangnya pemahaman.
Ketua Pelaksana Lapangan pada pendampingan di Desa Tegaren, Ahmad Safril Mubah menyampaikan, “mencari pekerjaan tak harus keluar dari desa namun bisa lewat medsos dan beberapa aplikasi pendukung lainnya seperti LinkedIn, Instagram, Tik-tok, Facebook dan beberapa aplikasi lainnya yang memudahkan mencari passion dalam mencari pekerjaan yang diinginkan dan dikuasai”.
Tidak hanya itu, lanjutnya, digitalisasi akan sistem perangkat desa yang kerap disebut sebagai Good Governance juga merupakan agenda nasional Indonesia agar desa semakin maju. Dengan adanya digitalisasi ini, sistem desa akan menjadi lebih transparan dan akan lebih mudah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang lebih luas.
“Sistem digital ini harus dimulai dari akarnya, dalam artian agar sistem ini berjalan, warga desa perlu memiliki pembekalan digital awareness yang baik,” imbuhnya.
Pada pendampingan kali ini warga Desa Tegaren diberi pengarahan bagaimana cara membuat akun LinkedIn yang sesuai dengan minat, bakat dan keterampilan yang dimiliki. Saat penjelasan materi ada beberapa warga yang mengeluhkan sulitnya membuat CV (curriculum vitae) dan beberapa dokumen pendukung lainnya dalam mencari pekerjaan, maka diberikan beberapa pemahaman dan cara membuat CV lewat aplikasi Canva.
Dalam penyampaiannya, tim dosen Unair lainnya, Annisa Pratamasari, menjelaskan bagaimana branding diri sangat berpengaruh dalam mencari pekerjaan. Semakin banyak kemampuan pada diri seorang pelamar pekerjaan maka semakin banyak juga perusahaan yang mau menerima sebagai karyawan atau pekerja. “Dalam melamar pekerjaan perlu adanya hard skill dan soft skill yang dimiliki oleh setiap pelamar pekerjaan pada CV,” tegas Annisa.
Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala BPD Tegaren, Supriyadi, menyampaikan bahwa keterbukaan para akademisi turut memberikan kontribusi kepada masyarakat desa agar mempermudah masyarakat desa untuk berkembang. Menurutnya, minimnya SDM tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak bisa berkembang,
“Dengan adanya pendampingan literasi digital dari akademisi Unair, UPN Veteran Jatim dan Yayasan Akta Bumi ini, diharapkan masyarakat desa Tegaren menjadi lebih memahami dan lebih bijak dalam bersosial media dalam kehidupan sehari-hari. Sekaligus dapat menjadi ladang penghasilan bagi kehidupan warga Desa Tegaren,” tukasnya.
Pendampingan Literasi Digital dan Good Governance ini, lanjutnya, menjadi bukti bahwa para akademisi menjalankan tugasnya yang tak hanya bergelut di dalam universitas saja. Namun, akademisi juga ikut menyumbangkan keilmuannya ke warga desa sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat. “Pendampingan ini diharapkan dapat terus berkelanjutan dan menjadikan warga desa lebih maju dan tidak tertinggal,” pungkasnya.
(rils/rafel)