Wednesday, April 24, 2024
HomeSosokDoktor Arif, Penemu Vaksin Covid-19 Halal Berbasis Dendritik Berusia Dibawah 30 Tahun

Doktor Arif, Penemu Vaksin Covid-19 Halal Berbasis Dendritik Berusia Dibawah 30 Tahun

Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, SSi., MSi., doktor muda Universitas Airlangga yang berhasil menemukan vaksin Covid-19 halal berbasis dendritik. (foto: istimewa)

SURABAYA – Pandemi Covid-19 saat ini belum berakhir meskipun kebijakan PPKM telah dicabut. Hal tersebut dikarenakan mutasi virus penyebab Covid-19 hingga penularan masih terjadi. Sementara itu, penelitian terus dilakukan guna menemukan formula yang tepat untuk menghadapi virus tersebut.

Penelitian itu juga yang dilakukan oleh Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, SSi., MSi., sosok doktor muda Universitas Airlangga yang baru menyelesaikan sidang disertasi terbukanya pada Kamis (26/1/2023) pekan lalu.

Vaksin berbasis imunoterapi dengan sel dendritik dikembangkan dari hasil penelitian disertasi yang telah Arif susun. Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari vaksin ini.

“Vaksin ini memiliki berbagai macam kelebihan seperti aspek halal, respon imun lebih cepat, tidak memerlukan adjuvant, tidak adanya penolakan dari tubuh, dan efek samping yang minimal,” ujarnya pada media ini, Kamis (2/2/2023).

Arif mengatakan, vaksin temuannya memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan vaksin lainnya.

“Jika vaksin yang lain masih memiliki berbagai macam kekurangan seperti efek samping yang berat, adanya respon penolakan tubuh, dan aspek halal yang masih belum terpenuhi,” ungkap doktor muda kelahiran 3 Februari 1994 itu.

Penelitian yang dilakukan Arif tersebut bermula saat Covid-19 pertama kali masuk di Indonesia pada Maret 2020 lalu. Arif bersama tim dari Professor Nidom Foundation melakukan analisis terhadap virus Covid-19. Penelitian yang dilakukan Arif pada disertasinya berfokus pada protein S atau spike.

Protein yang didapat itu lalu dipetakan melalui metode in silico dan in vitro dimana hasilnya berupa protein terbaik dalam menghasilkan respon imun. Hasil penelitian juga telah melalui proses publikasi jurnal ilmiah pada 2020 dan 2021 lalu yang masuk pada jurnal internasional terindeks Scopus baik Q2 maupun Q1.

Meski demikian, proses penelitian berjalan bukan tanpa kendala. Kesulitan pernah Arif hadapi. Seperti pada aspek pendanaan dan fasilitas pendukung penelitian. Kendati demikian, dukungan penuh dari Professor Nidom Foundation, serta dana penelitian dari Program Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuatnya dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

Penelitian yang dihasilkan oleh Arif tersebut dapat menjadi dasar konstruksi protein S yang digunakan dalam pembuatan vaksin berbasis imunoterapi dengan sel dendritik.

“Hasil penelitian ini dapat menunjang kemandirian Indonesia tanpa menggantungkan diri pada bangsa lain untuk ketersediaan protein S,” jelasnya.

Terkait hasil penelitiannya ini, Arif berharap akan terus bisa dikembangkan sehingga tidak hanya mengendap di perpustakaan atau bahkan berhenti pada publikasi ilmiah saja.

“Harapannya vaksin ini dapat digunakan lebih luas untuk masyarakat Indonesia mengingat akan keunggulannya dibanding vaksin lainnya seperti aspek halal dan minimnya efek samping yang ditimbulkan,” tandasnya mengakhiri keterangan.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular