
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Tak pernah terlintas dalam benak Sofi Sonia Karbela, lulusan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (UNAIR), bahwa langkah hidupnya akan berlabuh di dunia pendidikan anak. Perempuan yang akrab disapa Sofi itu kini dikenal sebagai pendiri Bumi Ceria Sensory Class, lembaga pengembangan sensorik dan tumbuh kembang anak usia dini di Pasuruan yang tengah menjadi perbincangan banyak orang tua muda.
Kisah Sofi berawal dari pengalaman pribadi yang mengubah jalan hidupnya. Setelah bekerja di bidang perikanan di Sumenep, Sofi memutuskan berhenti saat hamil. Pandemi COVID-19 memperpanjang masa sulitnya. Di tengah keterbatasan, ia harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya memiliki banyak alergi.
“Anak saya alerginya cukup banyak. Saya sampai puasa satu tahun penuh demi dia bisa tetap minum ASI,” kenangnya.
Namun ujian belum berakhir. Di usia dua tahun, anaknya mengalami speech delay dan stunting akibat kekurangan gizi saat masa alergi berat. Dari situlah Sofi mulai belajar keras tentang nutrisi, stimulasi, dan terapi anak. Ia mengikuti kelas-kelas sensory di Surabaya, menjalani kontrol rutin ke dokter, serta terapi okupasi dan wicara selama berbulan-bulan.
“Dokter bilang, semua ini akibat nutrisi yang tidak cukup saat alerginya kambuh. Dari situ saya banyak belajar, dan akhirnya menemukan konsep sensory play yang waktu itu belum banyak dikenal di Pasuruan,” ujarnya.
Berbekal pengalaman dan tekad kuat, Sofi kemudian mendirikan Bumi Ceria Sensory Class di Pasuruan. Modal awalnya berasal dari hasil kontrakan rumah, sementara alat dan fasilitas seadanya. “Saya sadar bukan lulusan pendidikan anak, jadi saya cari tim yang paham ilmunya. Mereka masih muda, baru lulus, tapi semangatnya luar biasa. Kami belajar bareng,” katanya.
Untuk memperkenalkan konsep sensory play, Sofi membuka kelas gratis bagi teman dan tetangganya. Perlahan, antusiasme warga tumbuh. Ia menambah fasilitas, memperluas program, dan merekrut pegawai hingga kini memiliki belasan murid dan sembilan karyawan tetap.
Kini, Bumi Ceria berkembang menjadi daycare dan preschool dengan 17 murid di hari kerja serta 26 anak di kelas akhir pekan yang bertema berbeda setiap minggunya. Ada pula program private class bagi guru, agar mereka bisa mendapatkan tambahan penghasilan.
“Dulu semua saya kerjakan sendiri mulai dari admin, foto, sampai desain. Sekarang sudah ada tim. Saya hanya ingin lembaga ini tetap hangat, seperti rumah,” tutur Sofi tersenyum.

Lebih dari sekadar lembaga pendidikan, Bumi Ceria menjadi ruang pemberdayaan bagi perempuan muda di Pasuruan. Sebagian besar tenaga pengajarnya adalah perempuan, dan Sofi berusaha menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
“Saya pernah jadi karyawan, tahu rasanya ditekan. Di sini saya ingin mereka nyaman tapi tetap bertanggung jawab,” ujarnya.
Bagi Sofi, mendampingi tumbuh kembang anak bukan sekadar pekerjaan, tapi perjalanan penyembuhan diri. Ia ingin anak-anak tumbuh dengan lingkungan yang positif, beradab, dan bahagia, sebelum masuk ke dunia sekolah yang lebih formal.
“Di era modern ini, saya ingin mereka tumbuh lebih baik dari generasi kita. Jangan sampai pola asuh keliru dulu terulang,” katanya pelan.
Selain mengelola lembaganya, Sofi juga membuka pintu bagi mahasiswa dan peneliti muda yang ingin belajar tentang tumbuh kembang anak. “Kadang ada mahasiswa psikologi, bidan, bahkan dari UNAIR juga datang buat penelitian. Saya senang bisa bantu,” ucapnya.
Lewat perjuangan pribadi dan ketulusan berbagi, Sofi Sonia Karbela membuktikan satu hal bahwa lulusan dari bidang apa pun bisa memberi dampak besar bagi masyarakat, selama mereka mau belajar, beradaptasi, dan memiliki hati yang ingin menolong.(*)
Kontributor: PKIP
Editor: Abdel Rafi



