Monday, April 21, 2025
spot_img
HomeSosokDari Hobi Ke Misi, Kisah Yuliati Umrah Jadi Kolektor Kain Tradisional Nusantara

Dari Hobi Ke Misi, Kisah Yuliati Umrah Jadi Kolektor Kain Tradisional Nusantara

Yuliati Umrah bersama salah seorang remaja ALIT Indonesia di Galeri Dewa Dewi Ramadaya, Surabaya, nampak sedang berdiskusi mengenai koleksi kain tradisional Nusantara. (foto: riris/ranau/cakrawarta)

SURABAYA – Kain tradisional Nusantara yang sangat beragam terlahir dari budaya-budaya yang berkembang di berbagai tempat di Indonesia. Kain tradisional ini kemudian menjadi salah satu identitas yang khas bagi masing-masing wilayah. Batik, tenun, songket, tapis, sasirangan, ulos, hanyalah sebagian kecil dari kain tradisional yang kita kenal.

Keberagaman dan keindahan yang penuh makna dari kain-kain tradisional di Indonesia inilah yang kemudian memikat hati seorang wanita paruh baya bernama Yuliati Umrah. Ia adalah Direktur Eksekutif ALIT Indonesia, sebuah organisasi yang memiliki concern terhadap perlindungan anak di Indonesia.

Pada media ini, perempuan berdarah Madura itu menyatakan bahwa ketertarikan pada kain tradisional ini berawal dari tahun 2002, ketika Yuli -sapaan akrabnya- pergi ke Ambon untuk kegiatan kemanusiaan pasca konflik bersenjata di sana. Dirinya mendapat titipan dari salah seorang sahabat untuk mencari kain tenun khas Maluku.

“Dari situ ada Tenun Tanimbar yang langka. Saya dapat dua, yang satu tak kasihkan Bu Pinky, yang satu tak simpen. Tahun 2002 sebelum lahirnya Ivan (anaknya, red.), saya ke Bangkok. Saya pake syal tenun itu dan dipuji orang-orang. You’re beautiful.” cerita Yuliati Umrah. Ada rasa bangga akan budaya Indonesia yang makin menguat ketika mendengar pujian dari orang-orang tersebut.

Berlanjut pada tahun 2004, ketika Yuli ke Timor Nusa Tenggara Timur, ia mendapatkan Tenun Atambua. Kemudian ketika menjadi relawan kemanusiaan di bencana tsunami Aceh awal tahun 2005, Yuli melihat banyak orang yang menjual kain tradisional mereka untuk bertahan hidup dan membeli kain tradisional yang dijual. Pada momen inilah, rasa cintanya pada kain kian lama makin tumbuh.

Kain-kain tradisional yang ia miliki ini kemudian dipakai di berbagai event penting baik dalam skala nasional maupun internasional dan mendapat tanggapan yang positif dari berbagai pihak. Banyak yang memuji keindahan dari kain-kain tersebut.

Keindahan kain-kain tradisional ini yang kemudian membuat Yuli membuka kembali lemari yang berisi kain-kain batik Pekalongan peninggalan dari sang Ibu.

“Dari situ sadar. Berawal dari tenun, jadi memperhatikan kain saya sendiri. Ternyata apik yo. Dari memperhatikan kain-kain itu tadi, makin banyak orang yang mengenal saya dan kalo butuh uang, jual kain ke saya. Yo batik, yo tenun, songket, apapun. Dari situ kemudian, saya membuka toko biar transaksinya jelas,” kata Yuli.

Dari sinilah wanita lulusan FISIP Universitas Airlangga itu mulai memahami bagaimana susahnya para pengrajin kain tradisional. Sebagai pengrajin mereka dibayar murah, biaya pameran mahal. Namun kalau tidak ikut pameran, mereka harus konsinyasi dengan toko-toko besar dan menunggu berbulan-bulan untuk pencairan uang hasil penjualan. Dengan catatan jika ada yang laku.

Ditambah lagi sistem ijon yang merajalela dan bencana alam, semakin memperparah situasi mereka. Situasi ini yang kemudian perlahan-lahan melunturkan semangat para pengrajin kain tradisional untuk membuat kain tradisional yang sangat indah dan penuh makna ini. Mereka beralih ke membuat kain yang dijual dengan harga murah agar segera mendapatkan uang.

Dari sinilah, peraih penghargaan Entrepreneur of the Year oleh Ernst & Young tahun 2012 itu semakin gigih untuk mempelajari kain tradisional dan makna-maknanya. Ia ingin menghapuskan sistem ijon dan membuat para pengrajin kain tradisonal ini lebih berdaya.

“Rasa semangat ini yang membawa saya menjadi kolektor kain batik dan kain tradisional lain yang rata-rata memiliki harga yang sangat fantastis hingga saat ini. Saat ini, beberapa koleksi dapat dilihat di website Galeri Dewa Dewi Ramadaya,” paparnya.

Andalan koleksi Yuli salah satunya yaitu batik-batik pesisiran. Menurutnya, batik pesisiran memiliki motif yang cenderung dinamis dan cenderung menggambarkan apa yang dilihat, namun tetap mengikuti pakem yang ada.

“Warnanya yang berani juga menjadi daya tarik yang khas. Contohnya sebut saja Batik Pekalongan, Batik Lasem, Batik Madura, dan Batik Cirebon. Ciri yang khas inilah yang membuat batik pesisiran memiliki harga yang sangat fantastis dan diburu oleh para kolektor,” detailnya memaparkan.

Menggugah Ketertarikan Anak Muda

Remaja-remaja di ALIT Indonesia nampak sedang membatik. Regenerasi kecintaan akan kain tradisional di ALIT Indonesia berjalan berkat tangan dingin dan jiwa ngemong Yuliati Umrah. (foto: riris/ranau/cakrawarta)

Rasa bangga akan batik dan kain tradisional ini mulai terwariskan pada remaja-remaja di ALIT Indonesia. Ada yang suka menyanting, bermain warna alami, menjahit, hingga suka belajar semua hal tentang batik. Rasa suka ini yang kemudian diasah lebih lanjut, sehingga membentuk sebuah skill baru.

Salah satu murid Yuli yang menyukai batik dan proses pembuatannya adalah Farra Ayu. Mahasiswa D3 Pajak Universitas Airlangga ini memiliki ketertarikan pada batik. Dari mulai berkreasi dalam fashion dengan memakai kain-kain batik tanpa dijahit, membuat pola, mencanting, bahkan hingga bermain dengan warna-warna alami. Dia juga aktif dalam membagikan dan mengajak teman-temannya untuk belajar membuat batik. Dan rasa Sukanya pada batik ini menarik rasa penasaran orang-orang di sekitarnya, untuk mempelajari batik lebih lanjut.

“Dengan semangat dan antusiasme anak muda inilah, saya berharap agar rasa cinta dan bangga terhadap kain tradisional dapat diteruskan oleh generasi muda agar budaya dari negeri kita tidak luntur termakan jaman,” tandas wanita yang terpilih sebagai 80 Pemimpin Strategis Dunia versi Bureau of Educational and Cultural Affairs dari Amerika Serikat pada 2020 lalu itu mengakhiri keterangannya.

(Riris Agustina Anggraini/Ranau Alejandro/Rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular