Tuesday, December 9, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusDari Cuci Tangan hingga Branding Tas Anyam, KKN Mahasiswa Unair Hadirkan Harapan...

Dari Cuci Tangan hingga Branding Tas Anyam, KKN Mahasiswa Unair Hadirkan Harapan Baru di Desa Sambirejo

Mahasiswa KKN Unair nampak memberikan edukasi cara mencuci tangan yang baik dan benar dalam program Clean Kid di Desa Sambirejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Rabu (16/7/2025). (foto: KKN Sambirejo for Cakrawarta)

MADIUN, CAKRAWARTA.com – Desa Sambirejo, sebuah desa kecil di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, mendadak terasa lebih hidup pada pertengahan Juli 2025. Bukan karena festival besar atau kunjungan pejabat, melainkan kehadiran sembilan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang tengah melaksanakan program Bhakti Bela Kampus (BBK) 6. Dengan semangat lintas bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, lingkungan hingga ekonomi, mereka membawa harapan baru lewat aksi nyata yang membumi dan berdampak langsung bagi masyarakat.

Salah satu kegiatan yang menggugah adalah program Clean Kid, sebuah edukasi cuci tangan sehat bagi siswa TK Kasih Bunda. Dilaksanakan pada Rabu (16/7/2025), program ini bertujuan sederhana tapi krusial: menanamkan kebiasaan hidup bersih sejak dini.

“Kami ingin anak-anak paham pentingnya mencuci tangan dengan benar, tidak sekadar membasahi tangan lalu mengeringkan,” ujar Angel, ketua kelompok BBK 6 Sambirejo.

Mengacu pada standar WHO, anak-anak diajarkan enam langkah mencuci tangan dengan metode yang menyenangkan. Para guru ikut membimbing, sementara mahasiswa memeriksa kebersihan kuku, hingga membantu memotong kuku murid yang kotor. Di tengah gelak tawa anak-anak yang masih kesulitan mengikuti gerakan, terselip harapan besar bahwa kebiasaan kecil ini bisa menjadi awal hidup sehat.

“Saya senang anak-anak bisa belajar cuci tangan yang benar. Ini hal kecil, tapi sangat penting,” tutur Sumini, Kepala Sekolah TK Kasih Bunda. Ia berharap edukasi semacam ini tidak berhenti di program saja, melainkan menjadi kebiasaan seumur hidup.

Namun, di balik semangat itu, tantangan tetap ada. Fasilitas cuci tangan yang tersedia masih minim yakni kran air terlalu tinggi bagi anak TK, dan sabun pun belum selalu tersedia. “Perlu perhatian bersama agar edukasi ini tak berhenti di teori, tapi benar-benar menjadi bagian dari keseharian mereka,” tambah Angel.

Tak hanya mengedukasi anak-anak, mahasiswa BBK 6 juga berupaya memberdayakan warga desa. Pada Minggu (20/7/2025), mereka tampil di ajang Caruban Fun Day (CFD) di Kecamatan Mejayan, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun. Di sana, mereka memamerkan dan menjual tas anyam warna-warni karya Bu Joni, warga Sambirejo yang selama ini hanya menjual secara lokal.

“Saya biasanya hanya jual ke ibu-ibu sini, buat pengajian atau arisan,” ujar Bu Joni. Namun berkat dukungan mahasiswa, produknya kini melangkah ke pasar yang lebih luas.

Stand BBK 6 tak pernah sepi. Pengunjung tertarik dengan desain tas yang unik dan harga terjangkau. Beberapa bahkan langsung membeli, menanyakan siapa pembuatnya, dan bagaimana memesannya. Tak hanya membantu promosi dan penjualan, mahasiswa juga melakukan rebranding dengan membuat logo, label produk, dan kartu nama sederhana.

Tim KKN Mahasiswa Unair di Desa Sambirejo saat ikut menjualkan produk UMKM warga lokal dalam ajang Caruban Fun Day, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Minggu (20/7/2025). (foto: KKN Sambirejo for Cakrawarta)

“Produk Bu Joni punya potensi besar. Tapi selama ini kurang dikenal karena belum ada identitas visualnya,” kata Angel.

Logo dan tag dibuat penuh warna, menyesuaikan dengan warna-warna cerah dari tas anyam itu sendiri. Harapannya, produk lokal Sambirejo bisa bersaing di pasar yang lebih luas tanpa kehilangan keasliannya.

Kehadiran mahasiswa Unair di Sambirejo bukan sekadar menjalankan kewajiban akademik. Mereka hadir, melihat, mendengar, dan bekerja bersama warga. Dari anak-anak yang belajar mencuci tangan, hingga pengrajin lokal yang mendapat panggung baru, semua merasakan dampaknya.

“Ini bukan tentang kami mengajari desa. Tapi tentang tumbuh bersama mereka,” tutup Angel.

Desa Sambirejo, mungkin bukan desa besar di peta ekonomi Jawa Timur. Namun lewat tangan-tangan muda yang penuh empati dan ide, ia membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil, asal dilakukan dengan cinta, komitmen, dan keberanian untuk peduli. (*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular