TANGERANG – Selama 2015 sudah puluhan ribu pekerja terkena PHK. Artinya fakta tersebut menambah angka pengangguran di Indonesia. Sementara itu banyak kasus di Jakarta maupun kota-kota lain, mengenai penggusuran kaum marjinal PKL.
Namun, publik justru dikejutkan dengan serbuan pekerja asal Cina di Lebak Banten dan Bali. Hal tersebut dinilai merongrong kedaulatan ekonomi bangsa Indonesia. Demikian disampaikan Ketua Umum DPP APKLI (Asosiasi PKL Indonesia), Ali Mahsun saat ditemui Cakrawarta di Bandara Soekarno-Hatta di tengah lawatannya ke Solo.
“Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai bangsa dan negara melalui penderitaan, perjuangan dan pengorbanan lebih dari 350 tahun. Bukan hadiah atau belas kasihan bangsa asing. Adalah pengkhianatan yang tak termaafkan jika masih ada anak negeri yang melacurkan diri atau menjadi antek asing, korbankan rakyat bangsa dan negara. Tak ada kata lain kecuali hadang dan lawan mereka bahkan nyawapun harus dipertaruhkan”, tegas Ali Mahsun di Bandara Soetta, Kamis (20/8).
Menurut Ketua Umum Bakornas LKMI PBHMI periode 1985-1998 itu, serbuan pekerja asal Cina akhir-akhir ini yang kian banyak justru merupakan sebuah ironi di tengah angka pengangguran yang meningkat dan banyaknya kasus penggusuran PKL di berbagai daerah.
“Bangsa sendiri menganggur, sulit penuhi kebutuhan hidup akibat akumulasi kebijakan pemerintah yang sebabkan daya beli mereka makin anjlok, tersandra ekskalasi kriminalitas, PKL yang mandiri bekerja tanpa sentuhan kebijakan pemerintah digusur-gusur dan diusir-usir dengan semena-mena kok malah impor pekerja dari Cina. Lebih dari itu, praktek politik apartheid sudah terjadi di Jakarta terhadap PKL. Kondisi ini harus segera dihentikan. Ngunu yo ngunu tapi yo ojo ngunu, silahkan berkuasa namun jangan kelewat batas korbankan rakyat dan bangsa sendiri demi dan untuk bangsa asing. Hanya ada satu kata: Lawan!” pungkas tokoh asal Mojokerto Jawa Timur itu.
(am/bti)