Friday, October 11, 2024
spot_img
HomeEkonomikaNasionalAndai Saja Pak JK Negarawan

Andai Saja Pak JK Negarawan

Wakil Presiden Jusuf Kalla (foto: jusufkalla.info)
Wakil Presiden Jusuf Kalla (foto: jusufkalla.info)

JAKARTA – Adanya kegaduhan politik pasca adanya reshufle kabinet yang baru berumur seminggu mengundang banyak tanggapan beberapa tokoh nasional. Salah satu di antaranya datang dari Adhie M. Massardi, Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).

Adhie menyayangkan sikap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang justru tidak menunjukkan sikap kenegarawanan.

“Kalau saja Pak JK hadir sebagai negarawan, yang tindak-tanduknya hanya demi kemaslahatan rakyat, negara-bangsa dan tidak memiliki konflik kepentingan, tak akan muncul kegaduhan politik di level kabinet seperti sekarang,” ujar Adhie kepada Cakrawarta di Jakarta, Rabu (19/8).

Adhie berharap JK sebagai tokoh senior nasional mampu mengakomodasi setiap kritikan yang masuk dengan bijak darimanapun asalnya.

“Pak JK itu kan Wapres dan pejabat negara paling senior (sepuh) di republik ini. Sesuai usianya, seharusnya lebih bijak dalam menyikapi saran dan gagasan perbaikan pemerintahan, dari mana pun datangnya. Sehingga jadi teladan bagi anggota kabinet lainnya. Tidak malah menanggapinya secara emosional,” tambah tokoh yang pernah didapuk menjadi Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Aktivis Gerakan Indonesia Bersih (GIB) menyatakan JK seharusnya memelopori perubahan mental masyarakat yang apabila mendengar “gagasan yang benar”, bukannya segera dilaksanakan, tapi mempersoalkan “siapa dan bagaimana cara menyampaikannya”.

“Padahal gagasan kebenaran tetaplah gagasan kebenaran, meskipun disampaikan Menko Kemaritiman dengan cara yang dianggap tidak lazim,” tegasnya.

Tokoh yang pernah berkarier di Majalah wanita Kartini itu mencontohkan, Presiden AS, Franklin D Roosevelt tidak akan bisa mengakhiri Perang Dunia (PD) II kalau tidak merespon gagasan Albert Einstein, ilmuwan urakan dengan rambut awut-awutan, yang disampaikan hanya lewat surat.

“Tapi sejarah mencatat, surat itu gagasan bikin bom atom yang kemudian dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, sebagai penutup PD II,” tambahnya.

Menurut penyuka puisi itu, bangsa Jepang yang feodalistik tidak akan semaju sekarang kalau tidak merespon gagasan Sakichi Toyoda, anak tukang kayu miskin, pendiri industri otomotif merk Toyota, pendorong Negeri Matahari Terbit menuju negara industri terkemuka di muka bumi.

Ia berharap bangsa Indonesia mampu melakukan ‘revolusi’ mental dalam rangka menghargai setiap gagasan ‘kebenaran’ darimanapun datangnya.

“Makanya, bangsa Indonesia harus segera mengubah mental itu. Menghormati “gagasan kebenaran” dan bukan mempersoalkan siapa dan bagaimana cara gagasan itu dilontarkan,” pungkasnya.

(ayab/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Most Popular