
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Liburan akhir tahun kerap menjadi momen yang paling dinanti. Waktu jeda dari rutinitas ini memberi ruang untuk menyegarkan pikiran. Namun, di balik suasana euforia, gempuran diskon dan pengaruh media sosial acap kali memicu perilaku konsumtif yang tidak disadari, terutama karena dorongan fear of missing out (FOMO).
Pakar ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) Rudi Purwono mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga kesehatan finansial selama menikmati liburan. Menurut dia, lonjakan pengeluaran saat liburan lebih sering dipicu faktor psikologis ketimbang rendahnya literasi keuangan.
“Diskon kerap menciptakan ilusi berhemat. Padahal, yang terjadi justru pembelian spontan atas barang yang tidak benar-benar dibutuhkan,” ujar Rudi -sapaan akrabnya-, Rabu (24/12/2025).
Tekanan sosial di era digital, lanjutnya, juga berperan besar dalam membentuk keputusan konsumsi. Dorongan untuk membagikan momen liburan di media sosial sering kali membuat orang mengesampingkan pertimbangan rasional.
“Pengeluaran lebih didorong oleh keinginan sesaat dibandingkan kebutuhan yang sebenarnya,” kata dia.
Untuk menghindari masalah keuangan setelah liburan, Rudi menekankan pentingnya penganggaran yang disiplin. Ia merekomendasikan alokasi maksimal 20%-30% dari uang saku bulanan untuk kebutuhan hiburan dan rekreasi selama liburan.
“Batas ini berfungsi sebagai pagar psikologis agar tidak mudah tergoda potongan harga yang tampak menggiurkan,” ujar guru besar bidang ekonomi UNAIR ini. Adapun sisa anggaran, kata dia, tetap harus diprioritaskan untuk kebutuhan rutin dan tabungan.
Rudi juga mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap penggunaan fasilitas buy now pay later (BNPL) atau paylater yang semakin marak. Menurutnya, skema tersebut pada dasarnya adalah utang jangka pendek yang berpotensi menimbulkan beban bunga dan denda.

“Jangan membiayai gaya hidup dengan utang, terlebih jika belum memiliki pendapatan tetap. Mengikuti tren atau gengsi bisa berdampak panjang pada kondisi keuangan,” katanya.
Rudi menegaskan, liburan yang bermakna tidak harus identik dengan perjalanan mahal atau pengeluaran besar. Aktivitas sederhana seperti menekuni hobi, berkumpul bersama keluarga, atau mengikuti kegiatan yang meningkatkan kapasitas diri tetap dapat memberikan manfaat psikologis.
Ia juga mengingatkan pentingnya kesiapan finansial menjelang semester baru. Kondisi keuangan yang terganggu setelah liburan, kata dia, dapat berdampak pada fokus belajar dan produktivitas.
“Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan ditentukan oleh seberapa besar uang yang dimiliki, melainkan seberapa bijak kita mengelolanya,” tutur Rudi yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR ini.(*)
Kontributor: Khefti PKIP
Editor: Abdel Rafi



