Monday, December 22, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiKesehatanHari Ibu, REKAN Indonesia Nilai Negara Masih Abai Lindungi Keselamatan Ibu

Hari Ibu, REKAN Indonesia Nilai Negara Masih Abai Lindungi Keselamatan Ibu

ilustrasi.

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember dinilai masih didominasi seremoni dan simbol penghormatan, sementara perlindungan kebijakan terhadap keselamatan ibu, khususnya dalam aspek kesehatan maternal, belum menjadi prioritas negara. Padahal, ibu memegang peran kunci dalam fondasi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial bangsa.

Ketua Umum Relawan Kesehatan (REKAN) Indonesia, Agung Nugroho, menilai bahwa perayaan Hari Ibu kerap kehilangan makna substantif ketika negara lebih sibuk mengulang slogan ketimbang mengevaluasi kebijakan yang menyentuh langsung keselamatan ibu.

“Ibu bukan hanya simbol moral pengorbanan. Ia adalah fondasi konkret pembangunan manusia. Tanpa perlindungan yang memadai, perayaan Hari Ibu menjadi hampa,” kata Agung, Senin (22/12/2025).

Menurut Agung, kerja ibu terutama kerja reproduktif dan pengasuhan menopang sistem sosial dari hulu ke hilir. Mulai dari memastikan tumbuh kembang anak, menjaga ketahanan keluarga, hingga menyerap dampak krisis ekonomi di tingkat rumah tangga. Namun, kerja tersebut belum sepenuhnya diakui sebagai kerja produktif dalam kebijakan negara.

“Kerja ibu tidak dihitung dalam sistem ekonomi, tidak dilindungi secara sistemik, dan sering kali dianggap sebagai urusan privat. Padahal dampaknya bersifat publik dan strategis,” ujarnya.

Kondisi tersebut tercermin dalam indikator kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada di kisaran 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup, angka yang dinilai masih jauh dari target global dan komitmen nasional penurunan kematian maternal.

Agung menekankan, tingginya AKI bukan semata persoalan medis, melainkan gambaran kegagalan sistemik dalam pelayanan kesehatan. Ketimpangan akses antar wilayah, keterbatasan fasilitas persalinan, lambannya sistem rujukan, serta birokrasi layanan kesehatan masih menjadi hambatan utama.

Agung Nugroho (kiri, depan) Ketua Umum REKAn Indonesia dalam suatu acara bertema kesehatan di Jakarta beberapa waktu lalu. (foto: REKAN Indonesia for Cakrawarta)

“Dalam praktiknya, banyak ibu harus menghadapi antrean panjang, keterbatasan layanan, hingga keputusan medis yang terlambat akibat prosedur rujukan. Keselamatan ibu sering kali terjebak dalam sistem yang tidak responsif,” katanya.

Ia menilai, risiko kesehatan ibu dibentuk oleh desain kebijakan yang menempatkan keselamatan maternal sebagai persoalan teknis, bukan sebagai prioritas politik. Hal ini dinilai bertolak belakang dengan narasi besar negara mengenai bonus demografi dan pembangunan sumber daya manusia unggul.

“Tidak ada generasi sehat tanpa ibu yang selamat. Tidak ada pembangunan berkelanjutan jika keselamatan ibu tidak dijadikan agenda utama,” ujar Agung.

Karena itu, ia mendorong agar peringatan Hari Ibu dijadikan momentum evaluasi kebijakan publik, khususnya dalam penyediaan layanan kesehatan maternal yang merata, sistem rujukan yang cepat, serta jaminan kesehatan yang benar-benar melindungi nyawa ibu.

“Melindungi ibu bukan agenda simbolik. Itu ukuran keberpihakan negara. Negara yang abai pada keselamatan ibu sejatinya sedang mempertaruhkan masa depan bangsanya,” pungkasnya.(*)

Kontributor: Tommy

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular