
SURABAYA, CAKRAWARTA.com — Universitas Airlangga (Unair) kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah publikasi ilmiah internasional. Tak hanya mencatatkan jumlah jurnal terindeks Scopus terbanyak di Indonesia, salah satu jurnal unggulan Unair, Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence (JISEBI), juga sukses menembus peringkat Q3 dalam pemeringkatan SCImago Journal Rank (SJR).
Pencapaian ini menjadi bukti konkret dari transformasi besar yang dijalankan Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan, dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI) Unair sejak tahun 2020. Dari hanya satu jurnal yang terindeks Scopus, kini Unair telah memiliki 17 jurnal terindeks hingga Maret 2025, menjadikannya yang terbanyak di tingkat nasional.
“Kalau semua paper dikirim ke luar negeri dengan biaya tinggi, sayang sekali. Indonesia juga harus punya jurnal berkualitas. Maka sejak 2020, kita dorong pengindeksan jurnal Unair agar bisa bersaing di kancah global,” ujar Prof. Hery Purnobasuki, Ketua LIPJPHKI Unair, Rabu (23/4/2025).
Menurut Prof. Hery, pengelolaan jurnal tak boleh asal-asalan. Semua jurnal di Unair dikelola secara intensif dan sistematis, melalui proses pendampingan dan penjaminan mutu berjenjang, dari SINTA hingga level internasional.
“Kami mendesain semuanya agar tidak ada jurnal yang ‘mati’,” tegasnya.
Salah satu bukti keberhasilan strategi tersebut adalah JISEBI, jurnal yang dikelola oleh Program Studi S1 Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair. Editor in Chief JISEBI, Dr. Indra Kharisma Raharjana, mengungkapkan bahwa meski jurnal ini telah terindeks Scopus sejak 2023, baru tahun ini jurnal tersebut memperoleh peringkat resmi Q3 dari SJR.
“Ini pertama kalinya JISEBI mendapat peringkat dari SJR, dan langsung mendapatkan peringkat Q3. Pada bidang ‘Sistem Informasi’, JISEBI bahkan menempati peringkat tertinggi dibandingkan 9 jurnal lain dari Indonesia. Bisa dikatakan, JISEBI adalah jurnal Sistem Informasi terbaik di Indonesia,” ungkap Indra.

Kriteria utama pemeringkatan SJR didasarkan pada kutipan terbobot—bukan sekadar jumlah kutipan, tetapi juga kualitas jurnal yang mengutip. Untuk itu, tim JISEBI terus mendorong promosi naskah agar mendapatkan dampak ilmiah yang lebih luas.
“Kami ingin JISEBI menjadi kendaraan akademik untuk kontribusi nyata pada kemanusiaan dengan semangat excellence with morality,” lanjutnya.
Meski saat ini sebagian besar jurnal Unair masih berada di kuartil Q4, sejumlah jurnal mulai naik ke Q3 dan Q2. Target ke depan, menurut Prof. Hery, adalah menembus Q1 dan memperluas cakupan indeksasi ke platform bereputasi lainnya seperti Web of Science.
Tak hanya berdampak pada reputasi institusi, keberadaan jurnal terindeks ini juga memberi manfaat besar bagi sivitas akademika Unair.
“Kalau jurnal kita sudah terindeks, orang luar akan melirik. Bisa ngajak kolaborasi, bahkan bisa berkembang ke pendidikan dan penelitian bersama,” kata Prof. Hery.
Selain itu, kebijakan integrasi dengan Humas Unair mendorong dosen yang menerima insentif publikasi internasional untuk turut menulis artikel populer, sebagai bagian dari promosi hasil riset kepada publik.
Dengan pendekatan gotong royong dan semangat kolaborasi, Unair menargetkan memiliki 20 jurnal Scopus pada akhir tahun ini.
“Kami tidak hanya mengejar angka. Kami ingin kualitas, pengelolaan, dan integritas akademik tetap terjaga,” pungkas Prof. Hery.
Capaian ini semakin mengukuhkan Unair sebagai perguruan tinggi dengan reputasi global, yang tak hanya unggul dalam pendidikan dan riset, tetapi juga memimpin dalam ekosistem publikasi ilmiah internasional.
(pkip/rafel/tommy)