Saturday, April 20, 2024
HomeGagasanTrump Tetap Paksakan Rencana Perdamaian Israel-Palestina

Trump Tetap Paksakan Rencana Perdamaian Israel-Palestina

 

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem bertemu pada Rabu, 13 Mei 2020. Mereka membahas rencana untuk menganeksasi bagian-bagian di daerah pendudukan di Tepi Barat, sementara pasukan Israel menembak mati seorang remaja Palestina dalam bentrokan yang meletus di Tepi Barat selatan.

Banyak yang memperkirakan, inilah konsep yang dianggap Amerika Serikat sebagai sebuah konsep Perdamaian Israel-Palestina yang abadi, dimana nantinya jika pemerintahan “de facto,” Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza mau menerima, kemerdekaan bangsa Palestina secara “de facto,” dan “de jure,” akan terwujud, meski harus dibicarakan lagi sebelumnya. Dengan perkataan lain, jika Palestina setuju dengan tawaran tersebut, maka keinginan mereka untuk melihat sebuah negara Palestina  yang merdeka secara “de facto,” dan “de jure,” akan terwujud.

Masalah Palestina-Israel ini tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Awalnya, memang benar, negara Israel memproklamirkan berdirinya tanggal 14 Mei.

Pada 14 Mei 1948, Kepala Badan Yahudi, David Ben-Gurion memproklamasikan negara Israel yang menjadikan Israel negara Yahudi pertama dalam 2.000 tahun. Di Tel Aviv, Ben-Gurion menandatangani deklarasi pembentukan Israel. Dia kemudian menjadi perdana menteri Israel pertama.

Pembagian wilayah tidak adil? Itu benar. Tetapi tetap saja dilakukan Israel dengan dukungan Amerika Serikat. Perang? Sehari setelah masyarakat Yahudi tersebut mendeklarasikan kemerdekaan, terjadilah perang. Beberapa negara Arab menyerang negara baru merdeka itu, Israel. Hasilnya negara Arab kalah. Wilayah Palestina malah direbut dan diduduki. Itu semua berkat dukungan Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, siapa pun presidennya, baik yang berkuasa dari Partai Demokrat atau Partai Republik, selalu mendukung Israel. Partai Demokrat dan Republik sejauh ini agak lunak mendukung Israel. Tetapi di masa Trump, meski ia seorang pebisnis, sangat spontan dalam bertindak. Ia datang ke wilayah Jerusalem dan memakai peci ala Yahudi di Dinding Ratapan. Ia pula yang memutuskan, bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel.

Sungguh menyakitkan untuk rakyat Arab Palestina, tetapi sebaliknya sangat memuaskan untuk rakyat Yahudi di Israel maupun di Amerika Serikat. Inikah yang menjadi tujuan Trump yaitu dukungan Yahudi di Amerika Serikat, agar terpilih kembali menjadi Presiden empat tahun lagi?

Donald Trump, nama lengkapnya Donald John Trump. Ia adalah pebisnis, tokoh televisi realita, politikus, dan Presiden Amerika Serikat ke-45. Sejak 1971, ia memimpin The Trump Organization, perusahaan induk utama untuk semua usaha properti dan kepentingan bisnis lain miliknya. Lahir pada 14 Juni 1946 (usia sekarang 73 tahun),di Jamaica Hospital Medical Center, Kota New York, New York, Amerika Serikat. Kekayaan bersih Donald Trump tahun 2020 ini mencapai 2,1 miliar dolar AS.

Amerika Serikat Tetap Lanjutkan Proposal Perdamaian

Pemerintah Amerika Serikat paham betul, bahwa wilayah Palestina tidak seluas dulu lagi. Pertama, karena negara Arab kalah perang, berpengaruh ke wilayah Palestina. Wilayahnya sekarang kecil, yaitu di Tepi Barat Palestina dan Jalur Gaza. Kedua, bertambah kecilnya wilayah Palestina dikarenakan Israel terus saja membangun pemukiman baru untuk rakyat Israel, tetapi di wilayah Palestina.

Trump baru-baru ini telah mengutus Menteri Luar Negerinya, Pompeo yang tetap bertekad akan meneruskan proposal “visi perdamaian” pemerintahan Trump untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dia mengatakan, “Masih ada pekerjaan yang belum selesai, dan kita perlu membuat kemajuan dalam hal itu.”

Pompeo dan Netanyahu tidak menyebutkan kekerasan yang terjadi hari Rabu, yang merupakan kelanjutan dari bentrokan dari hari sebelumnya yang merenggut nyawa seorang tentara Israel.

Netanyahu ingin segera menganeksasi bagian-bagian Tepi Barat, sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump berusaha terpilih kembali pada pemilu bulan November mendatang. Aneksasi itu kemungkinan akan menyenangkan pendukung Trump yang pro-Israel dan sangat mengurangi peluang Palestina untuk membentuk negara di wilayah yang direbut oleh Israel dalam Perang Arab-Israel 1967. Tetapi menawarkan konsep baru, wilayah Palestina, ya, yang ada sekarang.

Pompeo, yang mengenakan masker warna merah, putih dan biru, tiba di Tel Aviv dan langsung menuju Yerusalem, tanpa harus memenuhi persyaratan karantina dua minggu virus corona yang ditetapkan oleh Israel bagi para pendatang baru.

Berdiri di samping Pompeo dan di hadapan barisan bendera Amerika Serikat dan Israel, Netanyahu menyebut kunjungan enam jam itu sebagai testamen kekuatan aliansi kedua negara. Meski sebenarnya, benar demikian.

 

DASMAN DJAMALUDDIN

Jurnalis dan Sejarawan Senior

RELATED ARTICLES

Most Popular