Thursday, October 9, 2025
spot_img
HomeEkonomikaNasionalTragedi Feri Selat Bali, Pakar: Alarm Keras Kegagalan Sistem Keselamatan Laut!

Tragedi Feri Selat Bali, Pakar: Alarm Keras Kegagalan Sistem Keselamatan Laut!

Ilustrasi.

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Tragedi tenggelamnya kapal feri di Selat Bali kembali menjadi alarm keras bagi sistem keselamatan pelayaran nasional. Bukan sekadar insiden akibat cuaca ekstrem, kejadian ini mengungkap rapuhnya sistem keselamatan transportasi laut yang seharusnya menjadi benteng pelindung bagi ribuan penumpang setiap harinya.

Menurut Neffrety Nilamsari, pakar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Universitas Airlangga, kecelakaan ini mencerminkan kegagalan sistemik dalam manajemen keselamatan pelayaran.

“Cuaca memang faktor eksternal yang tak bisa dikendalikan manusia. Tapi sistem keselamatan yang baik seharusnya bisa meminimalkan risiko, bukan menambah korban,” tegas Neffrety dalam keterangannya, Kamis (10/7/2025).

Neffrety menyoroti tidak berfungsinya berbagai sistem deteksi dini yang seharusnya menjadi standar di kapal penumpang. “Radar cuaca, sistem komunikasi, hingga perangkat early warning sebenarnya sudah tersedia. Tapi jika tak diuji atau dioperasikan dengan benar, semuanya sia-sia,” jelasnya.

Ia menduga kuat bahwa sistem tidak diuji fungsionalitasnya sebelum kapal diberangkatkan. “Tanpa informasi akurat soal cuaca, keputusan berlayar menjadi nekat. Keselamatan penumpang pun dikorbankan,” tambahnya.

Akibatnya, keselamatan dasar tak terpenuhi, evakuasi kacau, dan banyak kru tak siap menghadapi situasi darurat. Ini memperlihatkan minimnya pelatihan rutin dan lemahnya kedisiplinan operasional di lapangan.

Kapal Tak Laik, Pengawasan Longgar

Tak hanya sistem, kondisi fisik kapal pun jadi sorotan tajam. Neffrety menyebut, banyak kapal yang dipaksakan berlayar meski tak layak. “Korosi di lambung atau dek kapal bisa menyebabkan struktur mudah robek bila terseret jangkar atau dihantam gelombang. Pemeriksaan menyeluruh adalah keharusan, bukan formalitas,” tegasnya.

Pakar K3 Unair, Neffrety Nilamsari. (foto: dokumen pribadi)

Mirisnya, pemeriksaan kapal kerap dilakukan oleh awak non-ahli, bukan teknisi bersertifikasi. “Mesin, radar, indikator angin, itu semua seharusnya dicek oleh tenaga profesional. Jika tidak, kesalahan kecil bisa berujung bencana besar,” katanya.

Ia juga menyoroti pelanggaran kapasitas angkut. “Penumpang non-manifest sangat berbahaya. Selain memperbesar risiko saat kapal penuh sesak, proses evakuasi dan identifikasi korban menjadi kacau,” ujarnya.

Neffrety menyerukan audit menyeluruh terhadap armada dan sistem operasional pelayaran penumpang. Ia menegaskan bahwa keselamatan laut tak boleh lagi menjadi opsi kedua.

“Kalau sistem tak berjalan, jika SOP diabaikan, dan jika pelatihan minim, maka tragedi seperti ini akan terus berulang. Kita butuh disiplin, bukan hanya regulasi,” tandasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menjadi bagian dari budaya keselamatan. “Kalau kapal sudah penuh, jangan memaksa naik. Jangan anggap remeh risiko hanya karena ingin cepat sampai. Pilihan kita bisa menyelamatkan nyawa,” pesannya.

Karena itu, Neffrety mengingatkan bahwa keselamatan pelayaran adalah tanggung jawab bersama, dari regulator, operator, awak kapal, hingga penumpang. “Jangan tunggu korban berikutnya untuk bertindak. Tragedi ini sudah cukup jadi peringatan. Jangan abaikan alarm yang terus berbunyi,” pungkasnya.(*)

Editor: Tommy dan Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular