Saturday, April 27, 2024
HomeUncategorizedSunnylands, Jokowi dan ASEAN

Sunnylands, Jokowi dan ASEAN

images (1)

Rakyat Indonesia mungkin lupa bahwa Presidennya, Joko Widodo, sedang ke Amerika Serikat (AS) melakukan lawatan kenegaraan untuk membicarakan hubungan ASEAN dan AS di Sunnylands, California, 15-16 Februari 2016 lalu. Hubungan ini membicarakan perdagangan, investasi, keamanan dan kemakmuran bagi rakyat ASEAN dan AS.

Pentingnya lawatan ini hilang lenyap ditelan isu homoseksual yang menjadi perbincangan hot masyarakat, baik di media massa maupun di media sosial. Masyarakat dimaksud juga adalah kalangan elit dan intelektual yang seharusnya mencermati lawatan Jokowi ke AS, malah (atau seharusnya?) merasa lebih penting mendiskusikan LGBT ini ketimbang perjalanan Jokowi.

Apakah penting membahas kunjungan Jokowi ke AS ini? Tentu saja penting untuk mengetahuinya, sebab masyarakat ASEAN (MEA) sudah menjadi komunitas tunggal sejak 1 Januari 2016 lalu dan pertemuan dengan negara lain, AS, adalah yang pertama sejak MEA tersebut. Kedua, apa yang diperoleh Jokowi (Indonesia) dalam kunjungan tersebut?

Beberapa pengamat melihat bahwa Barack Obama sengaja memilih tempat Sunnylands sebagai sinyal bahwa ASEAN mempunyai arti yang sama pentingnya dengan China. Dimana, Xi Jinping, juga diterima Barack Obama pada 2013 di tempat yang sama. Sayangnya, klaim pengamat ini terlalu spekulatif. Mengapa? Pada saat kita buka laman US Embassy di Jakarta, postingan US-ASEAN Summit ini berisi 4 halaman, diantaranya berupa pidato Barack Obama terkait pertemuan itu.

Dalam pidato tersebut, yang diikuti tanya jawab dengan media, wartawan yang dapat kesempatan diantaranya AP, AFP dan WSJ tak satupun yang bertanya tentang US-ASEAN Summit tersebut. AP bertanya soal nominee untuk calon Supreme Court dan lainnya soal Timur Tengah dan Pemilihan Presiden di Amerika Serikat. Jika kita Googling berita mengenai US-ASEAN Summit ini, tidak ada pemberitaan media utama asing.

ASEAN Community sebagai sebuah kesatuan masyarakat sebenarnya masih sebuah cita-cita. Sebab, secara faktual hubungan bilateral antara masing-masing negara anggota terhadap Amerika Serikat ataupun lainnya bersifat khusus yang tidak tunduk pada keinginan komunitas ASEAN ini secara utuh. Meskipun pertemuan ASEAN 2015 di Malaysia menargetkan jangka waktu hingga 2025 upaya pembentukan komunitas itu, kelihatannya pertarungan sentrifugal effect vs sentrifetall effect terlalu rumit memprediksinya.

Selain itu, pentingnya Asean ini bagi USA sebenarnya adalah untuk membendung ambisi Cina menguasai Laut Cina Selatan (LCS). Hal ini tertuang dalam pidato Obama dan deklarasi yang ditandatangani para pemimpin. LCS harus menjadi daerah bebas navigasi. Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa Indonesia, Laos dan Kamboja tidak begitu berhasrat mempersoalkan agresi China tersebut.

Meskipun Xi Jinping mendorong APEC dan FTAAP (Free Trade Area The Asia Pasific) sebagai payung utama ekonomi bagi masyarakat Asia Pasifik, kelihatannya Obama sangat berhasrat membuat poros baru yang mengeluarkan China dalam jaringan ekonomi ini, yakni dalam TPP (Trans Pasific Partnership). Jokowi tentu saja menghindar masuk ke TPP, dengan alasan butuh waktu beberapa tahun mempelajarinya. Sebab, kiblat ekonomi Jokowi yang lebih condong ke Cina, tidak compatible dengan TPP.

Hubungan ASEAN-AS ini juga akan sangat tergantung dengan siapa yang akan menggantikan Obama tahun depan. Beberapa kesepakatan penting soal pertemuan ini, seperti climate change dan sharing prosperity bukan isu yang penting buat kandidat Republik seperti Trump, misalnya. Sehingga, anggota MEA tetap cemas. Khususnya, Indonesia, jika harus terlalu dekat ke AS, sementara China lebih agresif menawarkan kerjasama ekonomi dalam payung the belt and road strategy.

Jokowi yang dapat perhatian besar dari media media utama pada pertemuan APEC di Beijing pada 2014 lalu, kelihatannya sudah pudar popularitasnya di tingkat dunia. Hanya media lokal yang masih membuat berita seolah-olah Jokowi begitu sentral dalam pertemuan US-ASEAN Summit ini. Misalnya ada yang memberitakan Jokowi memimpin pertemuan US-ASEAN untuk urusan keamanan dunia. Padahal tidak satupun media internasional yang memberitakannya.

Itulah situasi perlawanan Jokowi ke AS. Mudah-mudahan ASEAN Community ini bisa tetap diandalkan untuk memberi kekuatan dan keadilan bagi seluruh rakyat ASEAN. Semoga.

Dr. SYAHGANDA 

Asian Institute for Information and Development Studies

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular