Sunday, December 7, 2025
spot_img
HomePendidikanSebelum Bilang Membaca Tak Penting, Coba Baca Dulu!

Sebelum Bilang Membaca Tak Penting, Coba Baca Dulu!

Giat literasi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor. (foto: Lentera Pustaka for Cakrawarta)

BOGOR, – Di tengah maraknya sikap skeptis terhadap budaya literasi, pegiat literasi sekaligus Dosen PBSI Unindra, Syarifudin Yunus, menantang publik untuk tidak asal menghakimi penting atau tidaknya membaca sebelum benar-benar mengalami sendiri prosesnya.

“Bilang membaca tidak penting, tapi tidak pernah membaca. Itu sama seperti bilang combro tidak enak, padahal belum pernah mencicipinya,” ujar Syarifudin, Rabu (30/7/2025).

Menurutnya, banyak orang dengan mudah menyepelekan aktivitas membaca dan keberadaan taman bacaan masyarakat (TBM) tanpa pernah bersentuhan langsung dengan keduanya. Padahal, proses membaca bukan sekadar soal kecerdasan, tetapi tentang membentuk karakter dan menyadari keterbatasan diri.

Ia mencontohkan taman bacaan Lentera Pustaka yang berlokasi di kaki Gunung Salak, Bogor. Setiap minggu, puluhan anak dari empat desa sekitar secara rutin datang tiga kali dalam sepekan. Mereka membaca bukan untuk mengejar nilai akademik, melainkan untuk menikmati proses, memperbaiki diri, dan menjaga rutinitas positif.

“Di taman bacaan, membaca bukan untuk jadi pintar atau juara kelas. Bukan juga agar terlihat intelektual. Membaca itu perbuatan baik. Lalu bagaimana bisa sesuatu yang baik dianggap tidak penting?” katanya.

Syarifudin juga menyoroti kesenjangan pemahaman masyarakat tentang makna belajar. Ia mengingatkan, sebagaimana pemikiran Ivan Illich, sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk memperoleh pengetahuan. Justru pendidikan non formal seperti taman bacaan membuka ruang belajar yang lebih merdeka dan kontekstual.

“Kalau mau bilang sekolah tidak penting, ya sekolah dulu. Kalau mau bilang membaca itu tidak penting, ya baca dulu. Jangan asal bunyi tanpa pernah menjalani prosesnya,” tegasnya.

Ia menutup dengan analogi tajam, “Jangan sampai kita sudah naik ke atas pakai tangga, lalu bilang tangganya tidak penting dan membuangnya begitu saja. Ilmu butuh akhlak. Literasi perlu adab.”

Pernyataan ini menjadi pengingat penting bahwa menghargai proses membaca dan keberadaan taman bacaan bukan soal teori, tapi soal empati dan pengalaman. Sebelum bilang membaca tak penting, coba baca dulu. (*)

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular