Thursday, December 11, 2025
spot_img
HomePolitikaDaerahSatu Pesan dari Para Kiai: NU Lahir dari Riyadhah, Bukan Kekuasaan!

Satu Pesan dari Para Kiai: NU Lahir dari Riyadhah, Bukan Kekuasaan!

Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Kikin Abdul Hakim Mahfud saat menyampaikan tausiyahnya dalam momen Turba PWNU Jatim di Pasuruan Raya, Rabu (10/12/2025). (foto: PWNU Jatim for Cakrawarta)

PROBOLINGGO, CAKRAWARTA.com – Di tengah dinamika struktural dan sejumlah persoalan administratif yang masih menggantung, gerakan Nahdlatul Ulama (NU) di Pasuruan dan Probolinggo justru menunjukkan watak aslinya yaitu jam’iyah yang lahir dari riyadhah, mengabdi lewat khidmat, dan berdiri di atas spirit kedamaian. Aktivitas pendidikan, sosial, ekonomi, hingga penguatan Aswaja terus berjalan, menjadi bukti bahwa NU di akar rumput tidak pernah menggantungkan geraknya pada turunnya SK semata.

“NU ini berdiri melalui riyadhah, mujahadah, dan cinta damai. Karena itu, jangan sampai khidmat berhenti hanya karena urusan formalitas,” pesan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur, KH. A. Kikin, saat Turba PWNU di Pasuruan Raya, Rabu (10/12/2025).

Pasuruan: Khidmat Mengalir, Ekonomi Umat Bertumbuh

PCNU Kabupaten Pasuruan sejak akhir tahun mencatat rangkaian kegiatan intensif seperti pembinaan upgrading MWCNU dan ranting, sosialisasi tanggap bencana LPBI NU, Istighotsah Hari Santri di sekolah negeri, pembinaan perempuan muda NU (LKK dan Fatayat), Haul Gus Dur, hingga sosialisasi bahaya bullying.

“Komitmen ini menunjukkan bahwa NU bergerak dengan disiplin dan semangat kemandirian,” ujar perwakilan PCNU Pasuruan di hadapan jajaran PWNU.

Tradisi Istighotsah Jum’at Legi yang menghadirkan hingga 3.000 jamaah menjadi penyangga spiritual masyarakat. Penguatan kelembagaan diperkuat melalui Bedah Perkum rutin, pembinaan terstruktur MWCNU, serta keterlibatan instruktur Aswaja dalam setiap proses kaderisasi banom.

Dalam ekonomi, Pasuruan menjadi salah satu yang paling progresif di Jawa Timur. Empat gerai NUMBASMart, produksi AMDK NUMBASMart, dan persiapan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menjadi fondasi baru kemandirian jam’iyah.

“Kami ingin ekonomi umat punya rumah besar,” ujar salah satu pimpinan PCNU Pasuruan.

Pengembangan UNU Pasuruan, pendirian RSNU, dan penguatan kaderisasi PPWK menjadi agenda jangka panjang yang kini menunggu dukungan struktural.

Probolinggo: Tanpa SK, Gerak Jam’iyah Tidak Pernah Mandek

Berbeda dengan Pasuruan, PCNU Kabupaten Probolinggo menghadapi tantangan administratif berupa belum turunnya SK kepengurusan dari PBNU, meski konfercab telah selesai dan administrasi dinyatakan lengkap.

Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Kikin Abdul Hakim Mahfud saat menyampaikan tausiyahnya dalam momen Turba PWNU Jatim di Probolinggo, Rabu (10/12/2025). (foto: PWNU Jatim for Cakrawarta)

“Ada atau tidak ada SK, kami tidak boleh berhenti. Agenda tetap berjalan,” tegas Gus Teguh Mahameru, Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo.

Sepuluh dari sebelas MWCNU masa SK-nya habis pada Desember ini. Delapan sudah menggelar konferensi dan finalisasi lembaga–banom dikebut dalam sebulan terakhir.

“Organisasi berjalan terus kecuali jika PWNU memberi instruksi penghentian,” tambah Zainul Hasan.

Di Kraksaan, SK kepengurusan telah turun dan pelantikan dijadwalkan pada 14 Desember 2025. “Begitu dilantik, kami siap bergerak lebih padu,” kata KH. Chafidzul Hakiem Noer.

Di Kota Probolinggo, Ketua PCNU KH. Arbai Hasan mengingatkan pentingnya menjaga ketenangan. “Arahan PWNU jelas: wilayah harus tetap kondusif dan program harus jalan,” ujarnya.

Denyut Aswaja Jadi Penopang Kekuatan Dua Wilayah

Meski kondisi struktural berbeda, Pasuruan dan Probolinggo memiliki benang merah yaitu Aswaja menjadi nafas utama penguatan organisasi.

Di Pasuruan, instruktur Aswaja wajib terlibat dalam seluruh proses kaderisasi. Di Probolinggo, istighotsah, penguatan Aswaja, dan pembinaan struktur tetap berlangsung rutin hingga tingkat ranting.

Kota Pasuruan menguatkan struktur lewat manaqiban rutin, upgrading MWC-ranting-banom, dan perluasan kaderisasi.
PCNU Bangil yang baru selesai konferensi pada 9 November 2025 menetapkan KH. Junaidi Soleh sebagai Rais Syuriyah dan Edy Supriyanto sebagai Ketua Tanfidziyah; penyusunan kepengurusan memasuki tahap final.

Pesan Para Masayikh: Tabayyun, Tenang, dan Tetap Pada Khittah!

Di tengah dinamika nasional dan isu-isu yang berkembang liar, para kiai sepuh memberikan pesan yang menjadi poros nalar dan spiritual NU.

“Turba ini hakikatnya silaturahim. Kita jangan terjebak pada hiruk-pikuk administrasi. NU ini dibangun para muassis dengan riyadhah, bukan kekuasaan,” tegas KH. Kikin.

Para kiai juga menekankan pentingnya tabayyun dalam merespons kabar yang beredar.

“Banyak berita yang bukan dari NU dan ingin memecah. Pahami dulu baru bersikap. Banyak masalah selesai bukan hanya dengan nalar, tapi juga dengan spiritualitas,” ujar sejumlah masayikh, sambil mengingatkan ruh perjuangan 10 November.

KH. Abdul Matin Jawahir menambahkan, “Kita jaga tradisi, jaga khidmat. NU itu pesantren besar, dan pengurusnya adalah khadim bagi umat.”

Arah gerak Pasuruan dan Probolinggo memperlihatkan satu hal bahwa kekuatan NU tidak bertumpu pada SK, tetapi pada tekad untuk melayani umat. Program sosial, ekonomi, keagamaan, dan penguatan struktur berjalan simultan; jamaah merasakan hadirnya NU tanpa jeda.

“NU itu orientasinya damai. Kalau ada persoalan, tabayyun itu jalannya,” pungkas KH. Kikin.

Di tengah dinamika organisasi, dua wilayah ini menunjukkan bahwa khidmat adalah denyut NU yang sesungguhnya, sebuah warisan muassis yang tidak pernah padam oleh persoalan administratif.(*)

Kontributor: Cak Edy

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular