JAKARTA – Kasus yang sempat menghebohkan dunia media sosial terkait pemberhentian sepihak seorang mahasiswa FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Ronny Setiawan mulai menemukan titik terang. Ronny yang juga Ketua BEM UNJ bertemu dengan Rektor UNJ, Prof.Dr. Djaali di Kampus UNJ, Rawamangun Jakarta Timur siang ini, Rabu (6/1/2016).
Dalam pertemuan tersebut disebutkan bahwa telah disepakatai mengenai beberapa tuntutan mahasiswa yang selama ini ramai disuarakan dengan dipimpin Ronny Setiawan selaku pimpinan tertinggi eksekutif mahasiswa UNJ.
Pernyataan sikap resmi pihak UNJ menyebutkan bahwa besaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan hasil verifikasi pihak jurusan dan telah disanggupi pihak orang tua sehingga tidak bisa diubah mengingat itu mengacu pada peraturan Menteri Riset Dikti Nomor 22 Tahun 2015 dan pengurangan besaran UKT masih dimungkinkan.
“Rektor menghormati besaran UKT hasil verifikasi Prodi dan pengurangan besaran UKT dimungkinkan apabila ada force majeure,” demikian rilis resmi sikap UNJ yang sampai pada awak media.
Dalam pertemukan yang nampak seperti rekonsiliasi itu menghasilkan pula bahwa penyelenggaraan KKN akan dibiayai pihak UNJ, dugaan kasus pelecehan asusila yang menimpa oknum dosen pihak UNJ menunggu keputusan hukum tetap (inkracht) dan perpindahan gedung FMIPA merupakan kebijakan logis dan realistis sesuai keadaan gedung lama sehingga tetap akan dilanjutkan.
Poin penting yang menjadi sorotan publik adalah mengenai nasib Ronny Setiawan terkait pemberhentian sepihak UNJ melalui penerbitan SK. Ada kemungkinan SK akan dicabut dan status mahasiswa akan diaktifkan kembali.
“InsyaAllah akan ada sikap saling memaafkan antara kedua belah pihak. Dampak positifnya semoga ada pencabutan SK dan diaktifkan kembali status mahasiswanya,” ujar Asep Sugiarto, Kepala Humas UNJ usai pertemuan.
(bti)
