JAKARTA – Wacana program pembasmian tikus dengan melibatkan warga DKI yang diwacanakan pemerintah provinsi DKI Jakarta (pemprov DKI Jakrta), dimana setiap tikus yang berhasil ditangkap warga akan dihargai Rp 20.000/ekor dinilai oleh berbagai kalangan adalah sebatas pengalihan isu semata. Disamping juga tidak ada kebutuhan mendesak di DKI sehingga perlu adanya program tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Andi Tamma, Ketua Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) dalam wawancaranya hari ini (23/10) ditengah diskusi dengan warga tentang “Pola Hidup Bersih Dan Sehat” di Jakarta Selatan.
“Wacana pembasmian tikus dengan melibatkan warga dimana setiap tikus yang ditangkap dihargai Rp 20.000 bagi kami adalah wacana yang asal dan tanpa konsep yang jelas” ujar Andi Tamma yang memiliki panggilan Andi ini, Minggu (23/10/2016) siang.
Bahkan dari info yang Andi dapatkan, anggaran pemprov DKI Jakarta untuk program pembasmian tikus hanya menyediakan anggaran Rp 80 juta.
“Itu artinya hanya 4.000 ekor yang bisa ditangkap oleh warga, ini menunjukan bahwa wacana tersebut tidak memiliki konsep yang jelas,” tegasnya Andi.
Andi menambahkan bahwa sejauh pengamatannya DKI tidak sedang dalam darurat hama tikus. Tidak ada kasus penyakit yang disebabkan oleh tikus yang mewabah dan menyebabkan kematian pada warga DKI.
“Selama tahun 2015 saja hanya 62 kasus warga yang sakit akibat tikus ini dan tidak ada yang meninggal,” imbuh Andi.
Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama ketika dimintai konformasinya terhadap teknis pelaksanaan program pembasmian tikus ini di Balaikota pada Jumat (21/10/2016) justru memintai awak media menanyakan kepada Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat.
“Persoalan teknisnya bisa tanya langsung ke Pak Djarot,” kata Gubernur DKI yang akrab disapa Ahok tersebut.
(an/bti)